Kisah Hikmah Pencerah Hati: Barshisa Si Orang Alim

Kisah Hikmah Pencerah Hati: Barshisa Si Orang Alim


Alkisah, hiduplah seorang alim yang sangat tekun beribadah. Ia tinggal di pondok yang terpencil di tengah hutan. Namanya Barshisa. Negeri tempat Barshisa bermukim diperintah oleh seorang raja. Suatu hari, permaisuri raja melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik. Karena khawatir anak perempuannya tersentuh tangan laki-laki sekaligus kelak melatih agamanya, Raja mengirimkan anak gadis itu ke pondok Barshisa.
Sebagai bentuk kepatuhan kepada raja, Barshisa memelihara anak itu. Tapi, ketika  putri raja sampai pada masa remaja, kecantikannya begitu mempesona. Saat itulah muncul Iblis yang menggoda Barshisa untuk memanfaatkan kepercayaan raja sekaligus kecantikan putri raja tersebut. Akibatnya, sang putri raja hamil oleh Barshisa.

Ketika kehamilannya menua dan perut sang putri raja membuncit, Iblis datang lagi dan menggoda Barshisa, “Wahai, Barshisa, sang alim! Ingatlah kedudukanmu yang luhur itu. Jika putri raja melahirkan, pasti perbuatan hinamu akan tersebar di kalangan masyarakat. Jadi, bunuhlah putri raja sebelum melahirkan. Lalu, katakanlah kepada raja bahwa putrinya meninggal karena penyakit. Karena kau selama ini selalu jujur, pasti semua orang akan mempercayaimu. Tidak akan ada yang curiga. Saat itulah kau bisa memakamkan mayat sang putri raja tanpa sepengetahuan orang lain.”

Terpengaruh oleh godaan Iblis dan takut aibnya terbongkar, Barshisa membunuh putri Raja. Ia melakukan semua sesuai prosedur Iblis. Barshisa mendatangi raja dan melaporkan kematian putrinya. Sang raja, tidak punya pilihan lain selain percaya pada orang alim, memberi izin untuk Barshisa untuk menguburkan putrinya sambil memohon doa agar sang putri selamat dalam kehidupan Akhirat. Mendengar hal ini, Barshisa lega. Ia segera menguburkan mayat putri itu dengan senang hati karena aibnya terjaga.
Tanpa sepengetahuan Barshisa, Iblis datang lagi ke hadapan Raja. Ia memberitahukan segala perbuatan Barshisa kepada sang raja. Tentu saja raja tidak percaya mengingat track record Barshisa. Tapi, Iblis menyiapkan rencana jitu. Ia berkata, “Raja yang baik, kau boleh tidak percaya kepadaku. Namun, cobalah kau bongkar kuburan putrimu itu, lalu bedah perutnya. Jika di dalamnya kau temukan jabang bayi, maka kata-kataku ini benar. Jika tidak, kau boleh membunuhku.”

Karena penasaran, raja membongkar makam putri tersayangnya dan membedah perut sang putri. Betapa terkejutnya ia karena semua perkataan Iblis benar adanya. Tanpa ampun, raja segera memanggil Barshisa untuk dihukum salib. Barshisa tidak bisa berkelit lagi. Ia pun diikat dalam tiang salib; hanya bisa menunggu kematiannya. Saat itulah Iblis datang kembali kepadanya sambil berkata, “Barshisa, aku dapat melepaskanmu dari tiang salib ini, asalkan kau bersedia bersujud kepadaku. Karena kau berada di tiang salib, kau cukup menundukkan kepala ke arahku.”

Karena berada dalam keadaan terdesak, sekaligus mengira bahwa Iblis adalah satu-satunya penolong saat itu, Barshisa menundukkan kepalanya sebagai tanda sujud kepada Iblis.
Iblis berkata pada Barshisa ketika napas Barshisa sampai tenggorokan, “Aku tak boleh menolongmu. Aku takut kepada Allah!”

Iblis meninggalkan Barshisa dalam tiang salib. Matilah orang yang semula taat beribadah itu dalam keadaan kafir, menyembah Iblis.

Hikmah di Balik Kisah Barshisa Si Orang Alim
Tidak ada satu pun orang yang bisa menduga kapan iblis menggoda manusia dan sampai kapan hal tersebut berlangsung. Sekali saja kita terjatuh ke dalam lingkaran kesesatan, sulit bagi kita untuk melepaskan diri. Dalam hal ini, semua klaim kebaikan Barshisa tidak akan berguna ketika ia sudah terjebak pada hawa nafsu. Begitu juga orang yang terbiasa berada dalam lingkungan yang mulia. Hanya berada di lingkungan yang baik, jika tidak dibarengi niatan untuk berbuat baik, hasilnya akan sia-sia belaka. Hati seseoranglah yang dinilai oleh Allah, bukan kedudukan agamanya di mata masyarakat, bukan masalah keturunannya, dan sebagainya. Bandingkan keadaan Barshisa dengan keadaan berlawanan Imam Hasan, cucu Nabi, dalam kisah “Kutukan Orang Badui ” berikut.

Suatu hari, di Kufah, seorang suku Badui yang kasar melangkahi Hasan, cucu Nabi Muhammad saw. Sang Badui tidak hanya berbuat demikian. Badui itu juga mencaci Hasan, ayahnya (Ali) dan ibunya (Fatimah).
Hasan berkata, “Orang Badui, apakah kau perlu bantuan? Apa masalahmu?”
Tetapi si Badui, tanpa memperhatikan sama sekali, terus berteriak dan menyumpah. Hasan membawa uang dan memberikannya pada orang tersebut, dan bicara padanya lagi:
“Orang Badui, maafkan aku! Hanya ini yang ada di rumah ini; tetapi aku berkata, bahwa jika kami mempunyai yang lain, akan kuberikan padamu, tanpa syarat.”
Ketika mendengar kata-kata ini, si Badui tertegun dan menangis, “Aku bersaksi bahwa kau benar-benar cucu Nabi. Karena aku datang ke sini untuk menguji apakah silsilahmu dan sikapmu sesuai satu dengan yang lainnya.”
Previous
Next Post »