Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian pertama, tertulis 'Sebagian tanda bahwa seseorang bersandar pada amalnya adalah berkurangnya harapan ketika ia ditimpa sebuah kegagalan'. Kata mutiara ini mengisyaratkan pentingnya bagi kita untuk berserah diri kepada Allah semata. Meskipun sudah bekerja keras dalam amalan-amalan, takdir seseorang sudah ditentukan oleh Allah. Sehingga kegagalan dan keberhasilannya pun, semata-mata juga berasal dari Allah.
PENTINGNYA BERSERAH DIRI
Sebagian tanda bahwa seseorang bersandar pada amalnya adalah berkurangnya harapan ketika ia ditimpa sebuah kegagalan.
Banyak yang merasa bahwa segala kebahagiaan yang diperoleh semata-mata berasal dari usaha kita. Jika kita mendapatkan harta yang banyak, kita yakin bahwa inilah hasil jerih payah selama ini. Jika kita memperoleh kedudukan tinggi, kita pun berdalih, semuanya disebabkan oleh kegigihan dalam bekerja.
Bahkan, kala kita diakui oleh banyak orang sebagai orang beriman, kita mengira bahwa inilah berkah yang diberikan Allah atas ketaatan dalam beribadah.
Berhati-hatilah jika kita termasuk dalam golongan di atas. Di bibir, mungkin kita berkata, semua berasal dari kekuasaan Allah semata. Pertanyaannya, samakah ucapan bibir kita dengan kata hati? Jangan-j0angan di depan banyak orang, kita memang berkata bahwa diri ini tidak berarti, semua yang didapatkan serba kebetulan, dan sebagainya. Namun, hati kita justru meyakini hal yang berlawanan.
Nah, bagaimana cara agar kita mampu mengetahui sejauh apa keselarasan hati dan ucapan tentang kekuasaan takdir Allah? Jawabannya bisa dilihat dari cara kita menanggapi sebuah kegagalan. Jika ketika ditimpa musibah, kita mulai tidak yakin akan mengatasi masalah, kita mulai bimbang dan lupa bahwa Allah senantiasa menolong hamba-Nya yang lemah, berarti tingkat keimanan kita masih rendah. Kita masih begitu bergantung pada amalan, bukan pada kekuasaan Allah. Semestinya, orang yang benar-benar beriman, akan melepaskan diri dari segala sesuatu. Entah nasib baik ataukah buruk, biarkanlah Allah yang mengaturnya.
Tugas kita di dunia ini hanyalah bagaikan orang buta yang dituntun berjalan. Kala terantuk batu, kita tetap diam karena menyadari keterbatasan pandangan. Sebaliknya, kala memperoleh kebahagiaan, kita pun selayaknya diam dan tidak berpengharapan apa pun. Siapa tahu, setelah bersenang-senang, kita akan terjerembab jatuh.
Apapun takdir yang dihadapi, tetaplah tersenyum. Yakinlah hanya kepada Allah. Dengan berserah diri, kita akan merasa pahit dan manis kehidupan sama saja. Susah dan senang hanyalah pergantian yang wajar dalam hidup ini, seperti halnya siang yang berganti malam. Selain itu, kepasrahan total akan membuat kita memperoleh hikmah pengetahuan rahasia tentang Allah.
Foto by Isna Riadna (instagram.com/isnariadna)
ConversionConversion EmoticonEmoticon