Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 23: Fokus Pada Kewajiban


Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 23: Fokus Pada Kewajiban

 Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian 23, tertulis Janganlah menunggu kapan selesainya semua rintangan karena hal ini hanya akan menghalangimu untuk mendekati Allah melalui sesuatu yang sudah dibebankan kepadamu.'. Kata mutiara ini mengisyaratkan seorang salik, pencari Allah, haruslah terus maju dalam merampungkan takdirnya tanpa perlu menunda ini dan itu sesuai dengan kesiapannya. Selama ia tulus berjalan di jalan Allah, Allah yang akan menyiapkannya.

PENTINGNYA FOKUS PADA KEWAJIBAN
Janganlah menunggu kapan selesainya semua rintangan karena hal ini hanya akan menghalangimu untuk mendekati Allah melalui sesuatu yang sudah dibebankan kepadamu.

Ketika seseorang berniat mendekati Allah, ada saja yang membuatnya terhalang. Seorang anak yang belajar puasa, pasti merasakan beratnya menahan lapar setengah hari saja. Seseorang yang hendak bersedekah, kadang ragu dengan penerima sedekah yang terlihat bugar tidak kekurangan sesuatu apa pun. Seorang karyawan perusahaan sering bingung apakah akan salat zuhur awal waktu ataukah mengerjakan sisa pekerjaan sebelum jadwal makan siang. Biasanya, pekerjaan dan makan siang tetap diutamakan, sedangkan salat ada di nomor dua. Seorang guru sufi bahkan pernah diuji merasakan beratnya bangun salat tahajud dalam 30 tahun awal hidupnya.

Seseorang kadang pula mengeluh dengan banyaknya tetangga yang meminjam uang; ia lupa bahwa uang yang dipinjam tersebut, meskipun miliknya pada hakikatnya milik Allah. Ada kalanya pula banyak orang yang segan bergaul dengan tetangga yang lebih baik dalam ibadah, karena kesannya orang beriman sulit diterima oleh masyarakat.

Seseorang yang melakukan baik ibadah yang khusus kepada Allah maupun ibadah kepada sesama manusia, sebenarnya tidak akan pernah berhenti mendapatkan ujian. Ada saja hal yang membuatnya tidak nayaman. Ada saja hal yang membuatnya merasa lebih baik meninggalkan perbuatan baik tersebut. Ada kalanya pula kita dibayangi harapan, kapankah semua berjalan lancar, ketika ibadah tidak mendapatkan rintangan.

Padahal, ibadah dan ujian datang dari Allah. Jika sebuah ibadah berpotensi meningkatkan kadar keimanan seseorang, wajar saja jika ujian yang datang pun dilipatgandakan. Jika seseorang lolos dari ujian tersebut, akan ada ujian-ujian lain yang datang bertubi-tubi untuk melatih kematangan imannya. Jika orang tadi menyerah, kemudian kembali menjauh dari Allah, berarti setipis itulah keyakinannya akan Al-Haqq.

Sabda Nabi, “Sebagaimana emas diuji dengan ditempatkan dalam sebuah wadah di atas api, demikianlah orang beriman diuji melalui malapetaka dan bencana.” Maka, tindakan atau permintaan untuk menghindari ujian dari Allah hanyalah tindakan seorang pengecut. Keluhan demi keluhan yang muncul ketika harus menjalani ibadah yang berat pun hanyalah keluhan orang yang sudah kalah lebih dahulu sebelum berperang.

Seorang muslim datang ke dunia ini bukan untuk berkawan dengannya. Melainkan untuk melewati rintangan demi rintangan demi mendekatkan diri kepada Allah. Kalau jalan menuju-Nya adalah dengan memberatnya kewajiban, bukankah jalan tersebut tetap harus dilalui seorang kesatria?
Previous
Next Post »