Dalam humor sufi Nasrudin Hoja kali ini, kita menampilkan kisah Ramalan Bintang.
Suatu hari, seorang peramal bertanya kepada Nasrudin, “apa zodiakmu, Tuan Nasrudin? Aku bisa meramalkan nasib baikmu.”
Nasrudin berkata, “zodiakku adalah Kambing Tua.”
Sang peramal mengerutkan dahi, “Kambing Tua? Tidak ada lambang Kambing Tua dalam zodiak, Tuan Nasrudin. Anda salah.”
“Kata ibuku, saat aku lahir, bulan Januari. Artinya, saat itu zodiakku adalah Capricornus,” jawab Nasrudin.
“Ah, ternyata Capricornus. Mengapa Anda tadi menyebut Capricornus dengan sebutan Kambing Tua? Anda sedang bercanda, ya?” sang peramal tersenyum.
“Anda yang bodoh. Sudah empat puluh tahun sejak aku lahir, tentu saja Kambing Jantan itu sudah menjadi Kambing Tua!” jawab Nasrudin lantang.
Kode Rahasia dalam Kisah Ramalan Bintang
Kita dapat saja berkata bahwa Nasrudin sangat tolol karena menganggap sebuah zodiak bisa berubah seiring dengan usia. Akan tetapi, ada yang lebih tolol daripada Nasrudin, yaitu orang yang percaya bahwa gugusan bintang dapat mengontrol kehidupan seseorang.
Para peramal yang biasa menebak sifat dan nasib seseorang berdasarkan zodiak biasanya hanya mengandalkan perbandingan-perbandingan dengan orang-orang berzodiak sama yang pernah mereka temui. Misalnya, biasanya orang yang lahir pada bulan Juni adalah orang yang tidak rapi atau terburu-buru. Lalu, karena kita lahir pada bulan yang sama, yang dilingkari zodiak Gemini hingga tanggal 21, kita diasumsikan sebagai orang yang tidak rapi atau terburu-buru. Efek asumsi ini, kita menjadi orang yang tidak rapi dan terburu-buru.
Ketika seorang peramal mendatangi kita dan menebak kita Gemini karena sifat umum ini, kita terperangah. Karena “ramalan” tersebut tepat, kita menyebut sang juru ramal sebagai orang yang hebat, yang mendapat “pencerahan entah oleh siapa; padahal dia hanya menebak sesuatu yang dibuat dari “logika umum”.
ConversionConversion EmoticonEmoticon