Humor Sufi Nasrudin Hoja: Jabatan Tertinggi di Dunia


Humor Sufi Nasrudin Hoja: Jabatan Tertinggi di Dunia

Suatu hari, Nasrudin berkunjung ke sebuah kantor kementerian. Tanpa memedulikan sekeliling, Nasrudin duduk di sebuah meja yang seharusnya diduduki oleh menteri. Seorang penjaga yang melihat tindakan Nasrudin berusaha menegurnya dengan lembut, “Tuan, tempat duduk itu ditujukan untuk menteri, bukan untuk sembarang orang.”
“Oh, saya lebih dari sekadar menteri,” kata Nasrudin.
“Apakah Anda Duta Besar kerajaan tetangga?” tanya sang penjaga.
“Oh, bukan. Jabatan saya lebih tinggi,” jawab Nasrudin enteng.
“Ah, jangan-jangan Anda adalah saudara Raja,” tanya sang penjaga.
“Sama sekali bukan. Saya jauh lebih tinggi daripada dia,” jawab Nasrudin sekali lagi.
“Jangan-jangan, Anda adalah Raja kerajaan seberang?” tanya sang penjaga semakin kikuk karena takut salah.
“Lebih tinggi lagi!”
“Tuan, tidak ada yang lebih tinggi daripada Raja kita dan Raja kerajaan seberang!” protes sang penjaga.
“Ya, ya, ya … ada yang lebih tinggi daripada mereka. Aku, bukan siapa-siapa,” kata Nasrudin untuk yang terakhir kali.

Kode Rahasia dalam Kisah Jabatan Tertinggi di Dunia
Kesimpulan terakhir dalam kisah Nasrudin dalam buku ini adalah prinsip pemusnahan keakuan. Ketika seseorang sudah menjadi bukan siapa-siapa, ia sebenarnya adalah “siapa-siapa” karena ia tidak hidup dengan embel-embel pekerjaan, kedudukan, kekayaan, dan sebagainya. Ketika telah menjadi bukan siapa-siapa itulah seseorang dapat menjangkau pengetahuan tertinggi, pengetahuan tentang Cinta Allah. Sepanjang buku ini kita sudah melihat Ibrahim bin Adham yang melepaskan jabatan pangerannya, laron yang memusnahkan diri ke dalam lilin, hingga Asy-Syibli yang memilih untuk menjadi pembantu seorang murid. Terdapat aforisma Abu Said al-Kharraz yang sangat terkenal, “Aku adalah bukan siapa-siapa putra bukan siapa-siapa. Tiada siapa pun di balik jubahku selain Allah”.
Previous
Next Post »