Dalam Kata Mutiara kisah para muallaf 15 ini, kita akan menyimak perjalanan Rachel Woodlock. Ia pernah didekati oleh seorang muslimah yang menekankan pada fundamentalisme. Rachel kala itu bergeming. Islam bukanlah sesuatu yang menarik. Sampai kemudian, seorang profesor asal Maladewa membuka mata hatinya. Ternyata, demikian indahnya Islam, sampai Rachel pun rela mati untuk agama ini.
*****
Kesan pertama Rachel Woodlock terhadap Islam jauh dari menyenangkan. Ia tergoda dengan Alquran, sudah dibelinya dari toko buku teosofi. Tertarik dengan agama unik ini --Woodlock sebelumnya penganut Bahai--- nekat untuk masuk ke sebuah kelas untuk para muslimah. Ia tentu asing di sana. Dan lebih asing dengan ajaran yang disampaikan oleh Sister Aishah yang konon berkaitan dengan Ikhwanul Muslimin.Penyampaian Sister Aishah jauh dari yang diharapkan. Sang pengajar lebih menekankan fundamentalisme alih-alih kerukunan umat beragama. Tapi, apa boleh buat. Meskipun tak berselera dengan sikap tersebut, Rachel menemui, bahwa satu-satunya orang yang memperkenalkannya kepada Islam, setidaknya orang yang dikenalnya, hanyalah Sister Aishah.
Keadaan berubah beberapa waktu kemudian, ketika ia belajar bahasa Arab dari seorang profesor asal Maladewa. Di sinilah Rachel mulai melihat, Islam sebagai agama yang telah menciptakan budaya mengagumkan. Rachel memantapkan diri, untuk kemudian berhijab. Baginya, para muslimah yang menutup aurat mereka, terkesan feminin dan elegan. Dukungan pun mengalir dari sang suami, yang membebaskan apa pun keyakinan yang dianut oleh Rachel.
Tapi, ketika lingkaran terdekat sudah bersepakat, tidak demikian dengan lingkungan keluarga. Dibesarkan dengan ajaran Baha'i, Rachel kesulitan untuk mengungkapkan status keislamannya. Lalu, kala keberanian itu muncul, secepat itu pula ia patah. Seorang tetua Bahai yang mengenalnya dengan sinis berkata, "Jika engkau berada di Iran dan melakukan perpindahan agama macam ini, kau akan dibunuh!"
Pukulan telak itu diterima Rachel dengan derai air mata. Beruntunglah Alquran telah menjadi pedoman hidup. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Ankabut:2, "Apakah manusia mengira mereka dibiarkan saja berkata, "Kami telah beriman" dan tidak diuji lagi?". Inilah yang digunakan Rachel Woodlock untuk membentengi diri dari masa-masa sulit.
Hidup di Australia, dengan pandangan miring terhadap Islam pasca Tragedi 11 September 2001, memang tidak pernah mudah. Rachel harus beberapa kali tersudut. Namun, berkali-kali pula semangatnya terpompa untuk memperkenalkan Islam yang dikenal dan dicintainya kepada orang-orang di sekitar. Satu pedoman bagi peneliti handal ini, ia memang menyesal pernah melakukan beberapa kesalahan fatal dalam hidup. Tapi, masuk Islam sama sekali bukan salah satunya. Jalan terbuka membentang, dan Rachel terus berjuang menghidupkan keyakinan yang menghidupkan hatinya.
Foto ilustrasi: islam.net
ConversionConversion EmoticonEmoticon