Seorang filsuf yang penasaran dengan Nasrudin Hoja, mengajak Nasrudin untuk berjalan-jalan berkeliling kota. Setelah sekian lama mengobrol dan berdebat, akhirnya keduanya memutuskan untuk mencari tempat makan. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah rumah makan terkemuka dan meminta masakan paling spesial untuk hari ini.
“Menunya adalah ikan bakar,” kata pelayan.
“Bawakan dua untuk kami!” jawab Nasrudin.
Beberapa menit kemudian, sang pelayan membawakan dua ikan bakar. Yang satu lebih besar daripada yang lain. Tanpa permisi, Nasrudin langsung mengambil ikan bakar yang lebih besar. Sang filsuf, melihat cara Nasrudin yang tidak sopan, segera memarahi Nasrudin. Menurutnya, Nasrudin sangat egois, melanggar etika, dan perilakunya tidak sesuai dengan kecerdasan. Setelah diceramahi sekian lama, Nasrudin menyela.
“Sudah cukupkah Tuan?” tanya Nasrudin.
“Anda benar-benar tidak sopan. Saya malu berteman dengan Anda. “Sebagai seorang yang bermoral, saya tidak akan berperilaku seperti Anda. Saya justru akan memilih ikan bakar yang lebih kecil!” jawab filsuf tersebut.
“Ini bagian Anda kalau begitu,” Nasrudin menyodorkan ikan bakar yang lebih kecil kepada filsuf tersebut.
Kode Rahasia dalam Kisah Filsuf Moralis
Terdapat kejadian yang bisa dilepaskan dari prinsip moral yang kita anut selama ini karena yang kita maksud sebagai moral sebenarnya adalah “selubung untuk menutupi keinginan atau keserakahan diri sendiri”. Padahal, seharusnya, moral dapat disebutkan sebagai “upaya manusia untuk berbagi satu sama lain dengan melepaskan segala perangkat yang melekati, termasuk harga diri”. Kita bisa menganggap bahwa Sang filsuf yang memeroleh ikan bakar kecil, tengah termakan ucapannya sendiri tentang “tindakan mengalah”. Kita juga bisa berpendapat bahwa Nasrudin tengah mengajari sang filsuf untuk menyelaraskan ucapan dan hatinya karena orang yang ucapan dan hatinya tidak selaras adalah orang munafik. Bagaimana mungkin orang munafik bisa memberikan ilmu pengetahuan?
ConversionConversion EmoticonEmoticon