Dalam Kata Mutiara kisah para muallaf 01 ini, kita akan menyimak perjalanan Bilal Philips, mantan marxis yang mengislamkan 3000 tentara Amerika Serikat. Awalnya, Bilal Philips adalah penganut Kristiani. Tidak puas dengan ketimpangan sosial di AS, ia kemudian menjadi seorang Marxis-Leninis. Lalu, bagaimana Bilal mendapatkan cahaya terang menuju Islam?
*****
Seseorang yang hidup di keluarga berpandangan terbuka, menyadari adanya ketimpangan besar di masyarakat, menekuni hidup orang-orang komunis, sebelum akhirnya mengislamkan 3000 tentara Amerika Serikat yang memperjuangkan entah apa di Irak. Dialah Bilal Philips, yang pedoman hidupnya, "Tidak ada waktu liburan ketika Anda menyadari betapa sedikitnya waktu, dan betapa banyaknya kerja yang mesti diselesaikan untuk Islam."
Kehidupan masa kecil Bilal Philips yang lahir di Jamaika pada 1947, sempat begitu menyenangkan. Tidak ada paksaan apa pun dalam keluarganya. Bilal Philips kecil memang secara rutin datang ke Gereja. Namun baginya, hal tersebut tak lebih daripada sekadar kegiatan sosial.
Rasa nyaman itu berubah ketika keluarga Philips pindah ke Kanada. Bilal Philips yang lembut melihat betapa angkuhnya keturunan Eropa yang ada di sekeliling. Selalu ingin menjadi superior, dan membuat yang lain berkesan biasa-biasa saja atau di bawah kekuasaan mereka.
Kontak pertama Bilal Philips dengan Islam, terjadi kala ayah dan ibunya yang merupakan pengajar, kembali bermigrasi. Kali ini ke Malaysia. Di sana, mereka mengadopsi anak asal Indonesia yang seorang muslim. Getaran pertama masuk ke hati Bilal kecil kala ia membuka pintu saudara angkatnya, dan menyadari bocah tersebut tengah bersujud.
Tapi, masuk Islam bukanlah pikiran Bilal Philips saat itu. Butuh perjalanan panjang baginya untuk menemukan jalan demi mengubah keadaan dunia. Ia sempat menjadi seorang Marxis-Leninis, memahami jalan keluar untuk menciptakan kesetaraan, adalah sosialisme.
Ia bergabung dengan pergerakan orang-orang kulit hitam di California. Bahkan kemudian berangkat ke China untuk mempelajari perang gerilya. Hidayah tak datang dari orang lain. Salah satu perempuan di komunitasnay di sana, yang sebelumnya seorang Komunis kental, masuk Islam. Bilal Philips bertanya-tanya, apa yang membuat perempuan ini goncang dan berubah haluan. Buku 'Islam, Agama Yang Disalahpahami' karya Muhammad Qutb, menjadi pembuka pintu bagi Philips. Ia sadar, di balik kekeringan yang selama ini dirasakan, ada dahaga hebat yang meledak-ledak, dan itu hanya ditemui dalam Islam! Segalanya bagai kupu-kupu yang keluar dari kepompong.
Sempat tak mempercayai agama ini sepenuhnya, Philips berangkat ke Arab Saudi dan belajar di Universitas Islam Madinah. Setelah sekian tahun mengenal Islam, akhirnya tiba kesempatan bagi Bilal Philips untuk berdakwah. Kejadiannya bukan berlangsung di mana pun, tapi di tengah Perang Teluk!
Tentara Amerika Serikat datang ke Arab Saudi dengan pikiran tentang Islam yang ganas, brutal, dan jauh dari perikemanusiaan. Mereka bahkan tak boleh masuk lebih dari 10 kaki ke masjid-masjid. Yang dilakukan Bilal Philips sebaliknya. Dibawanya para tentara yang 'gelap mata' itu ke dalam masjid demi masjid, dan perasaan syahdu. Islam, bukanlah agama yang selama ini ada dalam bayangan mereka.
"Pengalaman hidup di Arab Saudi membuka mata para tentara Amerika Serikat. Mereka melihat keterbukaan dan kehangatan di tenda-tenda orang Badui di padang pasir, yang tak segan memberikan susu dan kurma segar tanpa pamrih. Para tentara ini tertegun, tak bisa berkata apa-apa karena ketulusan ini tak pernah didapatkan di Korea atau Jepang, tempat mereka pernah menjalani tugas serupa," kenang Dr.Philips.
Hampir 3000 tentara Amerika Serikat yang ada di Arab Saudi kala itu, kemudian memeluk agama yang pernah nyaris mereka ludahi. Semua terkesima atas ketulusan dan kesederhanaan Islam. Tak ada lagi istilah UBO (Unidentified Black Objects) --plesetan UFO--- untuk menyebut hijab para perempuan Arab. Arab Saudi, sepanjang Perang Teluk, menjadi satu-satunya kawasan tempat para tentara AS tak meninggalkan begitu saja bayi-bayi korban perang. Menjadi satu-satunya tempat para prajurit berani mati ini mencari lebih jauh apa yang ada di agama ini.
Dan tak ada yang lebih berjasa atas perkenalan Islam yang begitu istimewa ini, selain ... Dr. Abu Amina Bilal Philips.
ConversionConversion EmoticonEmoticon