Dalam jenis-jenis istighfar kali ini, kita akan membahas dua istighfar dan satu doa Nabi Musa sebagai pengingat Tentang Ujian Kesabaran. Setelah mempelajari kisah Nabi Musa, kita akan melihat istighfar Nabi Musa dan manfaatnya. Istighfar Nabi Musa yang pertama dalam Alquran muncul dalam peristiwa pembunuhan terhadap orang Mesir. Hal ini tercantum dalam Q.S. 28:16.
“Robbi inni dholamtu nafsin faghrili” ---
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.”
Kita bisa memperhatikan bahwa peristiwa tewasnya orang Mesir tadi adalah insiden. Nabi Musa hanya membela orang yang tertindas, yang kebetulan sesama Bani Israil. Akan tetapi, oleh pukulan Nabi Musa, orang Mesir itu kehilangan nyawa. Bisa saja Nabi Musa bersikap sama seperti pekerja Bani Israil, melarikan diri begitu saja. Akan tetapi, begitu menyadari kesalahannya, Nabi Musa langsung berdoa, “sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri”.
Istighfar kedua Nabi Musa terdapat setelah peristiwa pembuatan patung sapi oleh Samiri. Saat itu Nabi Musa berdoa dalam Q.S.7:151
Robbighfirli wal akhi wa adkhilna fi rohmatik, wa anta arhamur rohimin ---
Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.”
Yang pertama, Nabi Musa meminta maaf atas dirinya sendiri. Nabi Musa merasa “gagal” bertanggungjawab atas kaumnya. Padahal, tugas seorang nabi adalah pembawa risalah bagi kaumnya. Meskipun peristiwa penyembahan berhala anak lembu terjadi di luar pengawasannya karena saat itu Nabi Musa berada di Gunung Sinai, bagaimana pun Musa merasa ini kesalahannya dalam mendidik kaumnya.
Perasaan inilah yang kadang tidak dimiliki oleh pemimpin, bahkan dalam kaliber pemimpin negara.
Padahal, dalam Islam, posisi pemimpin sangat vital. Misalnya, doa orang-orang yang disiksa Allah dalam api neraka di akhirat kelak dalam Q.S. 33:67--68, “Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (67), “Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (68).
Seorang pemimpin, jika ia salah, maka ia akan menyebabkan rakyatnya ikut salah (tanpa bermaksud membela kesalahan rakyat). Oleh karena itu, seorang pemimpin seharusnya memiliki kualitas dan kualifikasi tertentu, yang paling terutama adalah bertanggungjawab seperti yang dicontohkan Nabi Musa tadi.
Nabi Musa juga memohon ampun atas kesalahan dirinya sendiri. Nabi Musa yang kurang sabar, sempat mengira Nabi Harun membiarkan Bani Israil menyekutukan Allah. Hal ini dikisahkan dalam Q.S. 20:92—93, “Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,” (92), “(sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” (93).
Menghadapi kemarahan Nabi Musa, Nabi Harun mengkritik dan menegaskan posisinya, bahwa ia juga dalam keadaan terdesak. Nabi Harun sudah berusaha mengingatkan Bani Israil dengan berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.” Akan tetapi, karena Bani Israil lebih percaya pada hal-hal ajaib yang lebih cepat datang daripada perintah Tuhan (Taurat), ucapan Nabi Harun tidak didengarkan mereka.
Oleh karena itu, ketika menghadapi kemarahan Nabi Musa, Nabi Harun menjawab, “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.” (Q.S. 20:94). Nabi Harun sudah berusaha bertanggungjawab, tetapi ia tidak bisa berbuat lebih banyak. Bani Israil saat itu berada dalam keterpukauan atas ajaran sesat Samiri.
Nabi Musa memohon ampun kepada Allah atas tuduhannya yang tidak-tidak kepada Nabi Harun, padahal Nabi Harun sudah berusaha sebaik mungkin. Di sinilah kita bisa memetik pelajaran tentang kearifan Nabi Musa sebagai pemimpin untuk memohon ampun atas kesalahannya. Kebanyakan pemimpin, hanya karena mereka sudah berada di puncak, merasa kesalahan mereka tidak perlu dianggap. Padahal, “ … Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S. 17:36).
Selanjutnya, setelah memohon ampun atas kesalahannya sebagai pembawa risalah bagi umat (bani Israil), Nabi Musa juga memohonkan ampun atas “kesalahan” Nabi Harun yang tidak mampu menghalangi niat jahat Samiri. Bagaimana pun, Nabi Harun adalah pengganti sementara tugas Nabi Musa selama Nabi Musa berada di Gunung Sinai. Oleh karena itu, tanggung jawab Nabi Harun saat Samiri menyesatkan Bani Israil sama seperti tanggung jawab Nabi Musa selama menjadi pemimpin Bani Israil.
Selain dua istighfar di atas, terdapat doa Nabi Musa dalam Q.S. 7:155.
… Illa Fitnatuka Tudhillu biha man tasya’ wa tahdi man tasya’. Anta waliyyuna faghfirlana warhamna. Wa Anta khoirul Ghofirin ----
Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya.”
Doa Nabi Musa dalam ayat ini berkaitan dengan keteledoran Bani Israil memihak Samiri dan patung anak lembunya. Dalam ayat ini, Nabi Musa meminta 70 orang dari Bani Israil melakukan doa taubat. Nabi Musa menyadari bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak bisa berbuat apa pun dalam menolak takdir selain terus berusaha menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Nabi Musa juga sadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula Bani Israil yang dibawanya pergi dari Mesir. Di antara kebaikan pasti terselip kejahatan, seperti halnya di balik kejahatan pasti ada kebaikan. Oleh karena menyadari Allah menyesatkan siapa pun yang hendak Ia sesatkan, Nabi Musa meminta Allah untuk mengampuni kaumnya yang beriman, agar tidak termasuk dalam golongan sesat tersebut.
ConversionConversion EmoticonEmoticon