Jenis-Jenis Istighfar: Istighfar Nabi Nuh & Manfaatnya


Jenis-Jenis Istighfar: Istighfar Nabi Nuh & Manfaatnya

Dalam bagian jenis-jenis istighfar kali ini, kita akan membahas Istighfar Nabi Nuh dan manfaatnya. Terdapat dua istighfar Nabi Nuh dalam Alquran, yang pertama berbunyi "Robbi inni ‘audzubika an asaluka ma laisa li bihi ‘ilmun. Wa illa taghfirli wa tarkhamni akum minal khosirin" dan yang kedua berbunyi, "Robbighfirli wa li walidayya wa liman dakhola baiti mukminan wa lil muslimina wal musliminah." Apa manfaat istighfar Nabi Nuh tersebut?

Istighfar Nuh Sebagai Permohonan Perlindungan
Terdapat dua istighfar yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Kedua istighfar tersebut sama-sama berupa permohonan perlindungan. Istighfar pertama adalah Q.S. 11:47.
  
Robbi inni ‘audzubika an asaluka ma laisa li bihi ‘ilmun. Wa illa taghfirli wa tarkhamni akum minal khosirin --- 

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari permohonan kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.

Seperti yang kita ketahui, doa ini muncul sebagai upaya Nabi Nuh mengkonstruksikan dirinya kembali setelah meninggalnya Kanaan. Akan tetapi, doa ini juga bisa diucapkan siapa pun yang takut tidak bisa membedakan keinginan dirinya sendiri dan keinginan Allah. Mungkin saja kita memohon sesuatu yang menurut kita baik, padahal sebenarnya sesuatu tersebut adalah hal buruk di mata Allah, misalnya membuat kita lalai dari memuji-Nya. Mungkin pula kita menghindari sesuatu yang menurut kita buruk, padahal sesuatu tersebut baik adanya.

Bukankah ini yang dimaksudkan dalam Q.S. 2:216? “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”. Doa inilah yang akan menjaga kita dari hal-hal yang bertentangan dengan Allah.

Kita juga melihat bahwa Nabi Nuh, seperti halnya nabi Adam, selalu menggunakan koreksi menyeluruh terhadap dirinya sendiri. Nabi Nuh berdoa, “sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”.

 Koreksi terhadap diri sendiri ini berkaitan pula dengan Q.S. 39:7, “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu …”. Kitalah yang membutuhkan ampunan Allah. Kelalaian kita tidak akan memengaruhi apa pun bagi Allah, malah sebaliknya, kelalaian hanya akan merugikan diri kita sendiri.


Istighfar kedua adalah istighfar yang tercantum dalam Q.S. 11:28.

Robbighfirli wa li walidayya wa liman dakhola baiti mukminan wa lil muslimina wal musliminah … 
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan.

Istighfar ini dialamatkan Nabi Nuh kepada Allah setelah Nabi Nuh mendoakan kaumnya mendapatkan azab yang mereka minta sendiri. Perhatikanlah bahwa Nabi Nuh mengurutkan doanya sebagai berikut (1) dirinya sendiri (2) ibu-bapaknya (orang tua), (3) orang-orang yang masuk ke dalam rumah Nabi Nuh (yang mempercayainya) dengan keadaan beriman kepada Allah Yang Satu, dan terakhir (4) orang-orang yang beriman (muslimin dan musliminah).

Mengapa Nabi Nuh mendoakan dirinya sendiri terlebih dahulu? Sebagai pemberi peringatan kepada kaumnya, Nabi Nuh mendapatkan tanggung jawab untuk menyelamatkan kaumnya dari bencana banjir. Oleh karena itu, keberhasilan atau kegagalan Nabi Nuh dalam mengemban tugas ini begitu vital.

Jika Nabi Nuh ternyata seorang pembohong, wahyu yang diterimanya tidak diterima Allah, tidak hanya ia saja yang salah, tetapi juga seluruh orang yang beriman kepada Allah berdasarkan petunjuknya. Untuk alasan inilah dalam Q.S. 11:35 dikisahkan bahwa Nabi Nuh berkata, “Jika aku membuat-buat nasihat itu (peringatan datangnya banjir), maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat.”

Doa selanjutnya, doa atas ayah dan ibu, menunjukkan bakti Nabi Nuh kepada orang tuanya. Bukankah adab terhadap orang tua ini juga dijelaskan dalam Q.S. 17:23? “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Doa selanjutnya adalah permohonan ampunan terhadap orang-orang yang beriman kepada Allah karena peringatan yang disampaikan Nabi Nuh. Permohonan ampunan berikutnya adalah untuk orang-orang beriman. Kita dapat memperhatikan penggunaan kata “muslimin dan musliminah” untuk orang beriman laki-laki dan perempuan, tidak hanya terbatas orang-orang yang menganut syariat Islam, tetapi semua orang yang mempercayai adanya Tuhan Yang Satu.
Previous
Next Post »