Kisah Para Nabi: Kisah Nabi Yusuf Dalam Perjanjian Lama

 Kisah Para Nabi: Kisah Nabi Yusuf Dalam Perjanjian Lama

 Dalam kisah para nabi kali ini, kita akan membahas kisah Nabi Yusuf dalam kitab Perjanjian Lama. Nabi Yusuf adalah manusia paling tampan yang pernah ada di dunia. Akan tetapi, dalam perjalanan hidupnya, Nabi Yusuf tidak melulu berhasil dan sukses.

Bahkan, pernah ada suatu masa ketika Nabi Yusuf ditelantarkan oleh kakak-kakaknya yang berjumlah 10 orang. Kakak-kakak Nabi Yusuf tersebut iri dan menyingkirkan Yusuf agar ayah mereka, Yakub, tidak “pilih kasih”. Nabi Yusuf juga pernah dikorbankan oleh seorang Amir Firaun demi menutupi aib sang istri, Zulaikha.

Bahkan, Nabi Yusuf harus merasakan dinginnya penjara oleh kasus ini. Dari sini kita bisa melihat bahwa tidak ada perjalanan hidup yang sempurna, sesempurna apa pun diri kita. Bahkan, para nabi, manusia yang lebih dekat kepada Allah dibandingkan kita, diuji sedemikian rupa, melebihi kemampuan manusia biasa. Wajar jika kita yang kadar keimanannya sangat labil ini selalu diuji.

Selalu ada aral merintang yang mesti kita hadapi. Aral tersebut bahkan bisa menjadi batu loncatan bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Setelah disingkirkan oleh kakak-kakaknya, Nabi Yusuf ditemukan sebuah kafilah dan dijual ke Mesir. Dari sinilah Nabi Yusuf mendapat kedudukan ketika diangkat oleh seorang Amir. Lalu, kasus Zulaikha sempat membuat Nabi Yusuf dipenjara. Akan tetapi, dari penjara pulalah nantinya Nabi Yusuf mendapatkan kedudukan tinggi di mata Allah dan di lingkungan Kerajaan Mesir.

Seperti halnya nabi-nabi lain, dalam kisah Nabi Yusuf juga terdapat istighfar khusus. Bahkan, waktu mustajab istighfar juga ditunjukkan dalam kisah ini. Sebelum kita membaca Alquran sebagai kitab yang bersifat advanced, kita tetap harus membaca Perjanjian Lama untuk mempelajari kisah Nabi Yusuf lebih detail.

Nabi Yusuf dalam Perjanjian Lama

Yakub memiliki 12 anak hasil dari pernikahannya dengan Lea dan Rahel, dari budak perempuan Rahel bernama Bilha, serta dari budak perempuan Lea bernama Zilpa. Anak-anak Lea adalah Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon. Anak-anak Rahel ialah Yusuf dan Benyamin. Anak-anak Bilha adalah Dan serta Naftali. Anak-anak Zilpa adalah Gad dan Asyer. Kesemuanya menjadi 12 orang, ditambah satu anak perempuan lagi,  ….

Yakub lebih menyayangi Yusuf daripada anak-anaknya yang lain. Oleh karena itu, wajar jika semua saudaranya (kecuali Benyamin yang berasal dari satu ibu), memusuhi Yusuf. Mereka memperlakukan Yusuf dengan tidak ramah. Sepuluh saudara laki-laki Yusuf tidak menyadari bahwa Yusuf kelak akan menjadi nabi, alasan Yakub memperhatikannya dengan khusus. Atas alasan yang sama, Yakub memberikan Yusuf sebuah jubah maha indah.

Suatu hari, Yusuf bermimpi bahwa ikatan gandum saudara-saudaranya menyembah ikatan gandumnya (Kejadian, 37:7). Mimpi itu terulang lagi dalam bentuk yang berbeda, ada matahari, bulan, dan sebelas bintang sujud menyembah Yusuf (Kejadian, 37:9).

 Ketika mimpi-mimpi ini diceritakan Yusuf pada kakak-kakaknya, mereka tentu saja cemburu dan curiga. Mereka cemburu karena tahu bahwa mimpi Yusuf mengindikasikan bahwa Yusuf adalah manusia spesial, dan mereka tidak bisa seperti dirinya. Mereka juga curiga karena bisa jadi kelak Yusuf akan memperlakukan mereka sama seperti dalam mimpi tersebut, menjadikan mereka budak. Oleh karena itu, saudara-saudara Yusuf berkata, “Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?” (Kejadian, 37:8).

Kakak-kakak Yusuf berusaha menyingkirkannya. Suatu saat, kakak-kakak Yusuf menggembala kambing di lembah Sikhem. Yusuf diminta sang ayah, Yakub, untuk datang ke sana. Akan tetapi, di sinilah niatan jahat kakak-kakak Yusuf dimulai. Salah satu kakak Yusuf berkata, “Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan Yusuf ke dalam salah satu sumur (di lembah ini), lalu kita katakana kepada ayah, seekor binatang buas telah menerkamnya.” (Kejadian, 37:20).

Beruntunglah niatan kakak-kakak Yusuf tersebut tidak benar-benar licik. Ruben, kakak tertua Yusuf, tidak ingin membunuhnya. Cukuplah Yusuf dilemparkan ke sumur. Ide ini dipenuhi adik-adiknya. Maka, ketika Yusuf tiba, saudara-saudaranya segera menangkap dan melemparkannya ke sumur yang kebetulan kosong tidak berair. Tak lupa, jubah maha indah Yusuf dirampas.

Yehuda, salah satu kakak Yusuf, begitu melihat adiknya, anak kesayangan ayahnya, terjerumus ke dalam sumur, timbul perasaan ibanya. Oleh karena itu, Yehuda memutuskan untuk menjual saja Yusuf kepada kafilah yang lewat. Kakak-kakak Yusuf tinggal berkata bahwa di dalam sumur terdapat anak laki-laki tampan.

Sementara kakak-kakak Yusuf berunding di tempat yang jauh dari sumur tadi, rombongan saudagar-saudagar Midian melewatu sumur Yusuf. Mereka berhasil mengangkat Yusuf dari sumur. Akan tetapi, mereka tidak mau mengurus Yusuf, takut ada masalah apa-apa. Bahkan rombongan tersebut menjual Yusuf pada kafilah orang Ismael dengan harga 20 syikal perak. Orang-orang Ismael segera membawa Yusuf ke Mesir, sesuai rute perjalanan mereka.

Kakak-kakak Yusuf tidak menyadari adiknya sudah diangkut pergi. Oleh karena itu, ketika Ruben kembali ke sumur, Yusuf tidak ada. Mereka panik dan bingung hendak mengatakan apa kepada ayah mereka. Bagaimana pun, Yusuf adalah anak kesayangan Yakub. Pasti Yakub akan menyelidiki hilangnya Yusuf. Demi menghilangkan “jejak Yusuf yang hilang”, mereka mengambil jubah Yusuf,  menyembelih seekor kambing, lalu mencelupkan jubah itu ke dalam darah kambing tadi (Kejadian, 37:31). Dengan jubah berlumuran darah inilah mereka menghadap Yakub. Betapa pilunya Yakub. Bahkan ia mengenakan kain kabung pada pinggangnya hingga berhari-hari sambil terus meratapi nasib Yusuf yang tidak bisa dijaganya.

Sementara itu, Yusuf dijual lagi kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun. Potifar menjabat sebagai kepala pengawal raja. Yusuf memiliki kecakapan luar biasa. Oleh karena itu, dari hari ke hari, Potifar semakin mempercayainya. Akhirnya, Potifar memberikan kuasa terhadap Yusuf atas rumahnya. Semakin hari, wajah Yusuf semakin tampan. Sikapnya juga sopan, mengundang decak kagum siapa pun. Oleh karena itu, tidak salah jika istri Potifar tertarik kepada Yusuf dan mengajaknya berhubungan suami-istri.

Dengan penuh keyakinan, Yusuf menolak permintaan istri Potifar. Berkali-kali istri Potifar membujuknya. Akhirnya, suatu hari ketika Yusuf berada di dalam rumah dan tiada siapa pun selain mereka berdua, istri Potifar itu memegang baju Yusuf sambil berkata, “Marilah tidur denganku.”. Akan tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.

Istri Potifar belum pernah dihina sedemikian rupa, ditolak oleh seseorang yang sebenarnya hanyalah budak. Oleh karena itu, berbekal baju Yusuf yang tertinggal di tangannya, istri Potifar berkata bahwa Yusuf mendekatinya untuk merayu agar istri Potifar mau tidur dengannya. Tentu saja ketika mendengar aduan istrinya, Potifar segera menangkap Yusuf dan mengurungnya di penjara.

Demikianlah, seperti Adam yang berkemampuan tinggi dan dilanda fitnah oleh malaikat dan Iblis, hal yang sama diterima oleh Yusuf. Bahkan, Yusuf dipenjara karena fakta yang diputarbalikkan.
Akan tetapi, dengan kesopanan dan kejujurannya, Yusuf mendapatkan hati kepala penjara. Kepala penjara tersebut menyadari ada yang istimewa dalam diri Yusuf. Sementara itu, juru minuman dan juru roti raja Mesir membuat kesalahan. Mereka dipenjara dan ditempatkan dalam penjara yang sama dengan Yusuf.

Suatu saat, juru minuman dan juru roti sama-sama bermimpi. Keesokan harinya, mereka begitu gelisah dengan mimpi tadi. Oleh karena itu, mereka gundah. Yusuf yang sangat memperhatikan orang lain, melihat kedua teman barunya tadi dan berkata, “mengapa wajah kalian begitu muram?”.

Maka, masing-masing mengisahkan mimpi mereka. Pertama, juru minuman menceritakan mimpinya kepada Yusuf, “Dalam mimpiku, ada pohon anggur di depanku. Pohon anggur itu ada tiga cabangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum. Di tanganku ada piala (gelas) Firaun. Buah anggur itu kuambil, lalu kuperas ke dalam piala Firaun, kemudian kusampaikan piala itu ke tangan Firaun.”

Yusuf menafsirkan mimpi tersebut, “dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan mengembalikanmu ke dalam jabatanmu yang sebelumnya. Nanti, kau akan menyampaikan piala itu ke tangan Firaun seperti dulu.”.

Sementara itu, juru roti juga berkisah, “dalam mimpiku, Tampak aku menjunjung tiga bakul berisi penganan. Dalam bakul atas ada berbagai makanan untuk Firaun, tetapi burung-burung memakannya dari dalam bakul yang di atas kepalaku.”

Yusuf menjawab: “Dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau, tinggi ke atas, tetapi bukan dalam artian baik. Firaun akan menggantung engkau pada sebuah tiang, dan burung-burung akan memakan dagingmu.”

Benarlah tafsir mimpi Yusuf. Tiga hari kemudian, pada hari kelahiran Firaun, sang juru minuman kembali ke jabatannya sementara sang juru roti mati digantung. Meskipun sudah ditolong Yusuf dalam menafsirkan mimpi, kepala juru minuman itu melupakannya. Demikianlah yang sering kita lakukan. Kita sering menganggap pertolongan orang lain kepada kita adalah yang seharusnya, tetapi kadang jika kita dimintai tolong, kita sering menunda-nundanya.

Dua tahun kemudian, Firaun bermimpi, ia berdiri di tepi sungai Nil. Dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang gemuk badannya; lalu memakan rumput yang ada di tepi sungai. Kemudian, tampaklah juga tujuh ekor lembu yang lain, yang keluar dari dalam sungai Nil, dalam keadaan kurus badannya, lalu berdiri di samping lembu-lembu yang tadi, di tepi sungai. Lembu-lembu yang kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu gemuk tadi.

Firaun terjaga, lalu tertidur lagi. Dalam mimpi keduanya, Firaun melihat, dari satu tangkai muncul tujuh bulir gandum yang baik. Akan tetapi, tampaklah juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang berisi tadi.

Pagi harinya, Firaun memanggil semua orang pintar di Mesir dan mengisahkan mimpinya. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang bisa mengartikan mimpi Firaun. Saat itulah juru minuman baru ingat tentang Yusuf. Sang juru minuman segera mengisahkan tafsir mimpi yang dilakukan Yusuf. Tentu saja Firaun segera mengundang Yusuf untuk menafsirkan mimpinya.

 Dengan bantuan Tuhan, Yusuf berkata, “Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama saja. Ketujuh ekor lembu yang baik itu berarti tujuh tahun. Ketujuh bulir gandum yang baik itu juga berarti tujuh tahun juga. Ketujuh ekor lembu yang kurus, yang muncul kemudian, maksudnya tujuh tahun kelaparan. Demikian pula ketujuh bulir gandum yang hampa dan layu oleh angin timur itu. Jadi, akan ada tujuh tahun panen raya di seluruh tanah Mesir. Akan tetapi, setelah itu timbul tujuh tahun kelaparan yang melenyapkan tujuh tahun panen raya itu. Oleh karena Firaun sudah melihat mimpi itu dua kali dalam waktu yang berdekatan, berarti kejadian tadi akan segera berlangsung.”

Nabi Yusuf juga menyarankan agar Firaun menempatkan orang-orang tertentu yang memungut seperlima hasil panen raya Mesir selama tujuh tahun demi persediaan menjelang tujuh tahun kelaparan. Firaun yang terkagum-kagum atas kebijaksanaan Yusuf segera mengangkatnya sebagai pemimpin Mesir. Bahkan, Firaun mengatakan, “Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir.”

Demikianlah. Seandainya Istri Pontipar tidak menuduh Yusuf berbuat yang tidak-tidak, seandainya Pontipar tidak percaya pada istrinya, Yusuf tidak akan berada di penjara. Jika tidak dipenjara, Yusuf tidak akan bertemu dengan tukang pembuat minuman Firaun dan menolongnya dalam menafsirkan mimpi. Jika pembuat minuman Firaun tidak lupa selama dua tahun, mungkin tafsiran Nabi Yusuf tidak akan terlalu berguna karena mungkin saja Firaun harus menunggu ramalan Nabi Yusuf selama 2 tahun. Jika kita melihat hal ini, ternyata manusia hanyalah bagian kecil dari skenario besar-Nya. Apa yang kita lakukan, sebesar apa pun, ternyata tidak berarti dibandingkan ketentuan-Nya. Yusuf, yang menjadi orang buangan, dibenci saudara-saudaranya, kini telah menjadi sosok yang berkuasa atas seluruh Mesir, tanah yang tidak pernah diduga-duga akan takluk ke dalam tangannya. Benarlah jika ada pepatah, “jangan kejar dunia. Tinggalkanlah ia, maka ia akan mengejarmu”.

Tafsir mimpi Yusuf benar adanya. Setelah tujuh tahun Mesir mengalami panen raya, terjadilah kekeringan di seluruh dunia. Akibatnya, semua gandum, bahan makanan pokok di sana, nyaris ludes. Yang tersisa hanyalah gandum yang disimpan dalam lumbung yang disediakan Yusuf untuk menghadapi kekeringan ini. Maka, seluruh orang berburu gandum ke Mesir. Demikian pula saudara-saudara Yusuf di tanah Kanaan. Atas perintah Yakub, sang ayah, mereka mencari gandum ke Mesir dan bertemu Yusuf. Sayang, sekian tahun tak bersua, dan karena Yusuf telah menjadi pembesar kerajaan, kakak-kakaknya tidak mengenali Yusuf.

Akan tetapi, Yusuf tidak demikian. Ia masih sangat mengenali kakak-kakaknya. Lalu, timbullah rasa kangen Yusuf kepada ayah dan saudara bungsunya, Benyamin. Yusuf ingin ayah dan adiknya, ikut dibawa ke Mesir. Demi tujuan ini, Yusuf rela membohongi kakak-kakaknya. Yusuf berpura-pura mencurigai mereka sebagai pengintai yang hendak mencuri. Kakak-kakak Yusuf panik dituduh sedemikian rupa oleh seorang pembesar kerajaan.


Yusuf berjanji mengampuni mereka jika Benyamin, saudaranya dibawa serta dalam perjalanan mereka berikutnya. Yusuf menyandera Simeon sebagai jaminan kakak-kakaknya kembali. Pulanglah kakak-kakak Yusuf dengan bermuram durja. Sebelumnya, tanpa mereka sadari, di depan Yusuf, kakak-kakak Yusuf sangat menyesali perlakuan mereka terhadap Yusuf.

 Mereka berpendapat, perlakuan sang pembesar kerajaan yang sebenarnya adik mereka sendiri ini pasti adalah balasan dari Tuhan atas perbuatan mereka. Kakak-kakak Yusuf berkata, “Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu. Bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita? Akan tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita.” (Kejadian, 42:21).

Satu pelajaran yang bisa kita petik, penyesalan selalu datang terlambat. Kadang, kita berlaku kejam terhadap seseorang tanpa berpikir bahwa tindakan kita suatu saat pasti akan berbalik kepada kita. Ini bukan karma, tetapi demikianlah adanya. Jika kita berbuat A pada seseorang, pastinya kelak orang lain (belum tentu orang itu) melakukan hal yang sama seperti kita. Jika kita memahami pola ini, tentu yang patut kita lakukan sebenarnya hanya berbuat baik, agar orang lain memperlakukan kita (atau keluarga kita) dengan sedemikian rupa.
Singkat cerita, Yakub yang diberi kabar bahwa Simeon ditahan pembesar kerajaan, berang kepada anak-anaknya. Apalagi ketika mereka meminta Benyamin turut serta. Yakub masih belum bisa sepenuhnya merelakan Yusuf. Kini ditambah Simeon dan sebentar lagi Benyamin. Akan tetapi, apa boleh buat. Demi memperoleh gandum, terpaksa Yakub merelakan Benyamin pergi.

Begitu kakak-kakaknya membawa Benyamin, Yusuf menjamu mereka dengan perjamuan luar biasa. Simeon dibebaskan dan ikut menikmati perjamuan. Ketika bertanya tentang ayah kakak-kakaknya, kali ini kerinduan Yusuf terhadap ayahnya tidak terbendung lagi. Ia sengaja menaruh piala minumnya di kuda yang dikendarai Benyamin untuk pulang. Dengan demikian, Benyamin ditahan oleh Yusuf agar tidak pergi jauh.

Kakak-kakak Yusuf memohon dengan memelas agar Yusuf membebaskan Benyamin. Jika tidak, mereka tidak mau kembali karena Benyamin sudah dijaminkan oleh Ruben. Apa pun yang terjadi, Ruben akan membawanya pulang. Yusuf terharu mendengar hal ini. Ia pun menyingkap keberadaannya. Yusuf berkata, “Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Akan tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruhku mendahului kamu sekalian. Allah berbuat demikian untuk menjamin kelanjutan keturunan kalian di bumi ini dan untuk memelihara hidup kalian. Pulanglah dan jemput Ayah ke Mesir.”

Saudara Yusuf terperangah. Mereka tak menyangka pembesar kerajaan yang selama ini mereka takuti ternyata Yusuf. Lebih terkejut lagi ketika Yusuf benar-benar menampilkan kualitas kenabiannya, hal yang membuatnya layak memakai jubah maha indah yang diberikan Yakub. Yusuf tidak mencela, mendendam, apalagi menghukum saudara-saudaranya. Bahkan, Yusuf berkata bahwa tindakan kakaknya dahulu tak lebih berupa jalan yang diberikan Allah agar kelak keluarga Yakub bisa hidup sejahtera di Mesir. Yusuf adalah perintis jalan mereka. Sejak saat itulah Bani Israil tinggal di Mesir sebelum akhirnya kelak dibebaskan dari perbudakan Firaun yang lain oleh Nabi Musa.
Previous
Next Post »