Kata Mutiara Kisah Para Muallaf 16: John Ord, Menendang Seorang Muslim dan Membenci Islam Hingga ...

 Kisah Para Muallaf 16: John Ord, Menendang Seorang Muslim dan Membenci Islam Hingga ...

Dalam Kata Mutiara kisah para muallaf 16 ini, kita akan menyimak perjalanan John Ord. Dahulu, ia sangat suka berpesta. Melihat keturunan Pakistan di Inggris yang terlihat kolot dan asing, John tak segan menendang mereka. Tapi kesalahan membeli buku pada 1989 mengubah pandangannya tentang Islam. Buku apa yang dibaca John kala itu?

*****
 
John Ord menjalani masa muda yang ugal-ugalan. Terlibat sebagai aktivis BNP (British National Party) di usia 16 tahun, adalah sebuah kebiasaan baginya untuk tidak minat bersekolah, mabuk-mabukan, mendengarkan musik, mengejar cewek-cewek seksi, dan menghina para keturunan Pakistan yang biasanya seorang muslim.

Sejak kecil Ord terdidik untuk membenci semua orang asing, terutama muslim. Pernah suatu ketika, dalam masa-masa penuh gejolak dan semangat memberontak, ia dan rekan-rekannya yang berjumlah 10 orang, menghajar seorang pemuda Pakistan berusia 17 tahun, mencemoohnya, dan menertawai tanpa rasa bersalah. Bagi Ord, kebenaran cuma satu, dan dia akan menggertak siapa pun yang membuatnya tak nyaman.

Hidayah itu tak datang tiba-tiba. Dan hadir secara tidak sengaja. Di sebuah hari pada tahun 1989, dalam sebuah pameran buku bekas, secara tidak sengaja John Ord membeli Alquran! Ia tertipu dengan sampulnya yang demikian cantik, dan harganya yang cuma 20 penny. Begitu tahu bahwa ini adalah kitab agama yang dibencinya, amarah Ord meluap-luap. Dengan geram dibacanya halaman demi halaman untuk menemukan sekian kontradiksi dalam Alquran, dan akan digunakannya untuk memperolok muslim yang ditemuinya.

Namun yang ditemuinya agak berbeda. Ketika debat demi debat dimulainya kepada para muslim, Ord menyaksikan sendiri, bagaimana orang-orang Islam melakukan salat di salah satu sudut di Hyde Park. Sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang dan hatinya berdesir.

Beberapa tahun kemudian, ketika berada di Newcastle, John Ord menemukan sekelompok muslim yang sepertinya cocok dibantai dalam debat. Kali ini pertukaran kata memakan waktu lebih lama, empat minggu. Dan lawan John bukan sembarang lawan. Mereka tidak hanya pintar, tetapi juga memberi tantangan, jika mereka kalah berdebat, oang-orangi ini akan memeluk Kristen, dan berlaku sebaliknya. John Ord memandang remeh, menyanggupi, tapi akhirnya menyadari, ia tak bisa menjilat ludah.

Harus memeluk agama yang dibenci, membuat John kehilangan kendali. Ia sempat panik, kabur, dan akhirnya  menyerah. Uniknya, ketika John Ord menyadari segala kekurangannya dan menepati janji, sebuah rasa nyaman menelisik di hati. Ujung tahun 1996 menjadi hari baru bagi sang pria keras hati. Ia masuk Islam. Lantas, berhadapan dengan kenyataan pahit.

Keluarga mana yang tak terluka dengan perpindahan agama sang anak? Adik John enggan berbicara lagi dengannya. Sang ayah ketakutan, dan tak mau membicarakan masalah tersebut. Ibunya paling lunak, tapi tak mau menyebutnya Muhammad Islam, nama muslim John. Namun, tak ada yang bisa mengubah hati John. Keputusannya bulat. Kala ia menengok lagi ke belakang, membaca hari-hari nakal yang dilalui, sadarlah ... "Aku sudah menjadi orang berbeda dalam kehidupan berbeda, yang jauh lebih baik."

Foto: photo.sf.co.ua
Previous
Next Post »