Dalam Kata Mutiara kisah para muallaf 19 ini, kita akan menyimak perjalanan Yvette Labrousse. Pada tahun 1930, ia meniadi ratu kecantikan Prancis. Saat popularitas ada dalam genggaman tangan, jalan hidupnya berubah. Yvette jatuh cinta pada Aga Khan III dan memasuki dunia yang bagaikan dalam negeri dongeng.
*****
Yvette Labrousse pernah menjalani masa-masa indah bagi kebanyakan perempuan. Pada 1929, di usia 24 tahun, ia dinobatkan sebagai Miss Lyon. Selang setahun kemudian, ia mendapatkan mahkota Miss Prancis. Dan sebagai duta kecantikan negaranya, Yvette yang bernama lahir Yvonne Blanche Labrousse berkeliling dunia, dari sebuah negara ke negara lain. Hingga, tibalah dia di Mesir, lantas memilih tinggal di ibukota negara tersebut, sebelum memeluk Islam.Jalan hidup seseorang memang sudah ditulis Allah, dan mutlak adanya, Yvette kemudian bersua dengan pemimpin spiritual kaum Ismaili Nizari, Sir Sultan Muhammed Shah atau Aga Khan III. Ya, di Mesir itulah keduanya saling tertarik, sebelum akhirnya menikah pada 1944 di Swiss.
Kisah cinta sepasang insan ini demikian hebat, bahkan hingga disebut-sebut sebagai alur novel yang menjelma menjadi nyata. Yvette yang kemudian mendapatkan panggilan Umm Habibah (Om Habibeh) adalah sosok paling tepat dalam mengimbangi suaminya, baik dari segi spiritual, mental, hingga berbagai konsep. Keduanya bagai dua sisi keping mata uang. Jika jodoh itu benar adanya, inilah yang direfleksikan dari hubungan ini.
Yvette tidak hanya 'menumpang ketenaran dan kekayaan' pada sang suami. Ia benar-benar menjadi tokoh penting dalam perkembangan hidup Kaum Ismaili Nizari. Sebagai contoh, sebelum suaminya berpulang, Yvette telah ditunjuk Aga Khan III sebagai penasehat bagi cucu sekaligus penggantinya, Karim atau Aga Khan IV. Kecerdasan dan ketenangan Yvette telah membuatnya begitu dicintai oleh para pengikut aliran tersebut.
Bagian paling mengharukan dari cinta kasih Yvette Labrouse dan Aga Khan III adalah kenyataan bahwa sang mantan Miss Prancis ini senantiasa meletakkan mawar merah dalam setiap kunjungannya setiap hari ke makam sang suami. Bahkan ketika ia terpaksa tak bisa menjenguk makam Aga Khan III, kebiasaan itu dimintanya dilakukan oleh para petugas di makam tersebut. Mawar merah itu adalah bukti cinta keduanya.
Adalah hal wajar jika wanita yang bergelar Begum Om Habibeh Aga Khan ini kemudian dijuluki Mata Salamat, Ibu Kedamaian atau Ibu Keselamatan. Sepanjang hidup, terutama sejak memeluk Islam dan jatuh cinta pada sang suami hingga akhir hayat, Yvette yang kelahiran 1906 ini telah membuktikan, cinta tanpa syarat itu memang nyata adanya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon