Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 6: Doa Tak Terkabul

 Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 6: Doa Tak Terkabul

Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian keenam, tertulis 'Jika Allah menunda pengabulan doamu meski kau senantiasa berdoa, jangan berputus asa. Allah menjamin akan menerima semua doa sesuai yang dikehendaki-Nya untukmu pada waktu yang ditentukan-Nya; bukan menurut kehendakmu dan bukan pula pada waktu yang kautentukan.'. Kata mutiara ini mengisyaratkan, seberapa lamanya pun doa tidak dikabulkan, jangan pernah menyerah. Sebaliknya, ketika doa kita cepat dikabulkan, belum tentu pula hal itu berarti kita lantas benar-benar murni dan

MASALAH DOA YANG TIDAK DIKABULKAN
Jika Allah menunda pengabulan doamu meski kau senantiasa berdoa, jangan berputus asa. Allah menjamin akan menerima semua doa sesuai yang dikehendaki-Nya untukmu pada waktu yang ditentukan-Nya; bukan menurut kehendakmu dan bukan pula pada waktu yang kautentukan.


Di dunia ini, kita terperangkap oleh waktu. Sekejap saja kita tidak sigap, kesempatan emas menghilang. Pria yang terlalu lama menganggur, akan ditinggal kekasihnya karena dianggap tidak mampu memberi nafkah. Perempuan yang terlalu lama memutuskan pilihan, akan ditinggalkan banyak pria yang membutuhkan kepastian. Pelamar kerja yang terlambat menyerahkan berkas satu jam saja, akan ditolak perusahaan.

Melalui bisnis dengan sikap yang tidak tertib, akan kehilangan calon pembeli. Akibat sering dikalahkan oleh waktu ini, kita begitu trauma. Kita membentuk mental harus cepat mengambil keputusan, sekaligus tidak mau menerima jika ada pihak yang begitu lambat memberikan sesuatu yang kita butuhkan. Bahkan, hal ini berlaku juga untuk Allah.

Kadang, kita berdoa kepada-Nya bahwa kita akan menikah tahun 2012. Namun, hingga Januari 2013, rencana tak tercapai. Bahkan, calon pasangan pun malah memilih pergi. Kita pun meratap, merutuki nasib, dan mengadu kepada Allah seolah Allah adalah satu-satunya pihak yang  harus disalahkan.

Kita sering tidak menyadari bahwa kehendak manusia bukanlah kehendak Allah. Jalaluddin Rumi dalam Fihi Ma Fihi melukiskan hal ini dengan indah. Bayangkanlah ada dua burung yang diikat menjadi satu. Kalau sayap mereka terkepak semua, kedua burung itu malah tidak bisa terbang. Satu-satunya jalan adalah mematahkan sayap salah satu burung. Dengan demikian, satu burung yang sayapnya masih bugar, akan mengantarkan keduanya ke sebuah tempat yang lebih baik.

Demikianlah hidup ini. Kita merasa berhak terbang kian-kemari padahal tidak mengenali apa pun. Jika kita dibiarkan terus-terusan terbang, kemungkinan besar kita akan tersesat atau mati sia-sia. Satu-satunya jalan, patahkanlah sayap harapan.

Biarkanlah Allah yang mengendalikan semuanya. Terserah Allah untuk menunda, menolak, atau mengabulkan doa kita. Allah lebih mengetahui segala hal. Jangan pernah menyerah ketika hari ini kita terpuruk. Siapa tahu keterpurukan itulah yang akan membawa keberhasilan ketika kita tidak memiliki keinginan apa pun.
Previous
Next Post »