Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 8: Bukti Cinta Allah

Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 8: Bukti Cinta Allah

Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian kedelapan, tertulis 'Jika Allah membukakan jalan ma’rifat untukmu, jangan khawatirkan amalmu yang masih sedikit. Allah tidak akan membuka jalan tersebut kecuali jika Ia berkehendak memperkenalkan diri kepadamu.'. Kata mutiara ini mengisyaratkan, jangan mudah rendah diri di hadapan Allah, atau merasa tidak pantas. Karena, Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Ketika jalan mendekat kepada-Nya terbuka, dekati saja Ia.

BUKTI CINTA ALLAH KEPADA HAMBA-NYA
Jika Allah membukakan jalan ma’rifat untukmu, jangan khawatirkan amalmu yang masih sedikit. Allah tidak akan membuka jalan tersebut kecuali jika Ia berkehendak memperkenalkan diri kepadamu.

Kata mutiara ini harus dipelajari hati-hati agar kita tidak seenaknya saja dalam beribadah. Ada empat langkah yang harus dipenuhi seorang hamba untuk mendekati Allah, yaitu syariat-tarikat-hakikat-ma’rifat. Kebanyakan orang hanya mau berada di dalam taraf syariat (hukum) saja. Mereka memang salat, berpuasa, berzakat, dan sebagainya. Namun, mereka tidak melihat bahwa di balik aturan-aturan hukum Allah, berupa perintah dan larangan-Nya, terdapat rahasia lain. Rahasia ini dijangkau setelah kita melalui tarikat (jalan) untuk menggapai hakikat (inti) dan ma’rifat (mengenal Allah).

Kata mutiara di atas, hanya berlaku untuk orang-orang yang sudah mencapai tataran tarikat menuju hakikat dan ma’rifat. Orang yang baru berada di tahap syariat, hanya menjalankan ibadah, tetapi tidak mengerti arti ibadah, bekum berhak mengklaim kata mutiara di atas.

Misalnya, seseorang yang salatnya masih asal-asalan, berzakat karena ingin pamer, berkurban karena takut bersaing dengan tetangga, dan sebagainya. Ia mungkin saja akan menerima bisikan di hatinya, tidak penting beribadah, yang utama adalah kebaikan terhadap sesama. Ia mungkin pula mengikuti kegiatan bidah yang menjamur di kalangan umat Islam dan mempengaruhi lingkungan sekitar karena kegiatan ini sudah turun-temurun dan terasa afdol. Ia merasa lebih dekat dengan Allah dengan cara-cara tersebut. Masalahnya, siapakah yang berbisik di hatinya? Atau, adakah jaminan dalam Islam bahwa kelompok yang lebih banyak, berarti yang lebih benar?

Kata mutiara di atas, digunakan untuk menghormati kebesaran Allah, bukan keleluasaan manusia dalam beramal saleh. Begitu Pemurahnya Allah, sampai-sampai, ibadah kita yang serba terbatas, tidak menghalangi kecintaan Allah untuk memasukkan ilmu ma’rifat ke dalam jiwa dan ruh kita. Sebaliknya, ada begitu banyak manusia yang beribadah wajib dan sunnah setiap hari, namun gagal menembus tingkat tarikat.

Kalau kita dianugerahi Allah untuk naik satu level ke tarikat, syukurilah keadaan ini dan jangan mengkhawatirkan apakah amalan yang sedikit akan berbahaya bagi kita. Salah satu tanda bersyukur adalah, meningkatkan amalan-amalan tersebut sehingga kita memang layak mendapatkan anugerah ini.

Jangan lupa, Allah senantiasa memantau perkembangan spiritual kita. Hanya orang-orang yang beruntung saja yang berhak mengenali Allah. Maka, jangan lepaskan ketika sudah diberi jalan oleh-Nya. Melangkahlah meski melalui jalan berbatu atau berduri cobaan tak berhingga. Semakin banyak penderitaan yang didapatkan, kita akan semakin mengetahui rahasia-rahasia Allah yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Previous
Next Post »