Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian 29, tertulis 'Orang yang membuktikan adanya Allah melalui alam menandakan ketidaksampaian orang tadi kepada-Nya.' dan ' Orang yang membuktikan alam ada karena Allah telah mengenal-Nya; ia sudah menyadari segala sesuatu terjadi dari Sang Asal Mula'. Kata mutiara ini mengisyaratkan bahwa tidak semua hal, apalagi urusan dengan Allah, hanya bisa dijangkau dengan logika.
ALLAH TIDAK BUTUH BUKTI LOGIKA
Ada perbedaan antara orang yang membuktikan adanya alam karena Allah dengan orang yang membuktikan adanya Allah melalui alam. Orang yang membuktikan alam ada karena Allah telah mengenal-Nya; ia sudah menyadari segala sesuatu terjadi dari Sang Asal Mula. Sebaliknya, orang yang membuktikan adanya Allah melalui alam menandakan ketidaksampaian orang tadi kepada-Nya. Mungkinkah Allah gaib sehingga kita membutuhkan bukti untuk mengetahui-Nya? Mungkinkah Allah jauh sehingga kita membutuhkan alam untuk sampai kepada-Nya?
Ada dua tipe orang yang berusaha mengenal Allah. Pertama, orang yang langsung bersumber kepada-Nya atas segala sesuatu di dunia ini. Orang-orang ini adalah mereka yang berhasil lepas dari hijab diri sendiri dan sudah berada dalam taraf ma’rifat, mengenali Allah dalam segala sesuatu yang ada di dunia. Setiap tarikan napas, setiap embusan angin, setiap pergerakan bumi, selalu mengandung esensi Allah.
Orang-orang yang benar-benar sudah mencintai Allah, akan dengan mudah melihat penampakan-Nya melalui alam ini. Orang ini tidak membutuhkan bukti argumentatif apa pun, ia tidak mengandalkan otak dalam mengenal Allah. Sebaliknya, ia mengandalkan intuisi atau kata hati demi membuka rahasia Allah.
Sebaliknya, ada orang yang belum mengenal Allah, seperti kebanyakan dari kita. Orang tipe ini membuktikan kehadiran Allah melalui eksistensi alam. Ia berkata, pasti gunung yang menjulang ini memiliki pencipta. Pasti manusia dengan kapasitas daya ingat sedemikian rupa pun memiliki pencipta. Ia mengandalkan otaknya demi mengetahui Allah. Orang yang demikian ini memang banyak di dunia. Namun, bukan berarti yang banyak itulah yang benar. Mereka yang masih menggunakan akal, masih mengikuti hukum sebab-akibat yang merupakan hukum dunia ini. Padahal, dunia tidak akan menampung Allah.
Kita pernah mendengar kisah kala Allah menampakkan wujud-Nya ke muka bumi, Nabi Musa yang merupakan Nabi tercerdas pun pingsan. Gunung Sinai luluh lantak. Artinya, pengetahuan otak tak cukup mampu menjangkau Allah.
Bagaimana mungkin otak mampu mengenali perbedaan ruh dan jiwa yang begitu tipis? Bagaimana mungkin otak mampu menjelaskan ruh manusia yang tak berbentuk, bisa ditempatkan pada tubuh yang dibentuk dari materi? Bagaimana otak menjelaskan konsep orang yang meninggal? Apakah hanya sebatas tak berfungsinya organ tubuh? Ataukah karena ada sesuatu yang mengendalikan tubuh; yang tercerabut paksa dari badan? Yang mampu menjelaskan semua ini adalah pengetahuan batin, yang muncul dari intuisi; sedangkan intuisi terlahir dari ketaatan seseorang untuk bersetia kepada Allah dan meninggalkan semua godaan duniawi.
ConversionConversion EmoticonEmoticon