Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian 22, tertulis 'Tiada satu napas pun yang keluar darimu melainkan di sana terdapat pula qadar yang berlaku atasmu'. Kata mutiara ini mengisyaratkan seorang salik, pencari Allah, tidak berhak berharap kepada selain-Nya; termasuk di dalam ini, tidak berhak berharap Allah memberikan hadiah perubahan kedudukan, karena itu hak mutlak-Nya; bukan hak pencari-Nya.
MUTLAKNYA TAKDIR
Tiada satu napas pun yang keluar darimu melainkan di sana terdapat pula qadar yang berlaku atasmu
Hakikat berserah diri kepada Allah tidak akan terwujud hanya di bibir semata. Mungkin kita telah berbicara kepada semua orang pentingnya mengucapkan kata “tiada tuhan selain Allah”. Mungkin pula kita menjadi seorang ulama yang gemar menyebarkan ajaran untuk menerima semua anugerah Allah; entah itu penderitaan atau kebahagiaan. Namun, sudahkah kalimat demi kalimat yang terucap tadi dipraktikkan dalam kenyataan hidup sehari-hari?
Kemutlakan takdir Allah tak bisa dihindari manusia. Dua orang yang hampir menikah saja bisa mengakhiri hubungan hanya sehari sebelum naik ke pelaminan. Seorang pengusaha yang sudah merancang sederetan program dalam hidupnya, bisa saja bangkrut hanya setahun setelah puncak kesuksesan.
Seorang penguasa yang memimpin negara 20 hingga 30 tahun, biasanya pula hancur dengan cara yang begitu memalukan dan tidak disangka-sangka. Usaha adalah satu hal, dan hasil (takdir) adalah hal lain. Kadang keduanya berkesesuaian dan kadang tidak. Adalah hal yang sangat curang ketika kita mengklaim tengah berhasil sambil membanggakan diri ketika usaha dan hasil selaras; dan berkata Tuhan lebih mengetahui segalanya sambil pasrah ketika takdir berbicara lain. Bukankah seharusnya, atas dua hal yang berkebalikan ini hanya ada satu kata: Tuhan memang lebih mengetahui segalanya?
Tidak ada sesuatu pun yang lepas dari pantauan-Nya, tidak ada pula yang terlewat dari peraturan Allah. Semua sudah ditetapkan. Bahkan, ketika kita seakan tengah mengubah takdir, sebenarnya usaha mengubah takdir tersebut adalah takdir Allah. Bukan berarti seseorang tidak berhak berusaha. Ia layak berusaha karena tidak ada yang benar-benar mengetahui jalan takdir Allah. Tentu asalkan usaha ini sesuai dengan ketentuan-Nya.
Lebih jauh, mereka yang benar-benar mencintai Allah, akan berusaha mengerjakan sesuatu yang selaras dengan keinginan dan peraturan-Nya. Sakit perih karena takdir berada di luar rencana tidak masalah karena seiring dengan perjalanan waktu, jika kita memang benar-benar ingin mencintai Allah, kita mengerjakan ibadah wajib dan sunnah yang sesuai dengan perintah-Nya, hidup ini semakin serasi dengan kehendak Allah, setiap hirupan dan embusan napas selalu ada nama-Nya, seperti yang terekam dalam hadits qudsi berikut, “Jika hamba–hamba-Ku itu sudah mendekat kepada-Ku dengan hal yang fardu dan yang sunah sampai Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya Aku akan menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan Aku menjadi tangan dan kakinya yang ia gunakan untuk bergerak, dan jika ia meminta pada-Ku, Aku akan mengabulkan permintaannya, jika ia meminta perlindungan, maka Aku melindunginya.”
ConversionConversion EmoticonEmoticon