Kata Mutiara Tentang Istighfar: Pentingnya Bersikap Kesatria

Kata Mutiara Tentang Istighfar: Pentingnya Bersikap Kesatria

 Dalam bagian kata mutiara tentang istighfar ini, kita akan membedah pentingnya manusia bersikap kesatria ketika berbuat salah. Selain menyadari bahwa kesalahan adalah milik semua orang, kita juga harus memiliki rasa malu kepada Allah atas kesalahan tersebut. Yang tak boleh dilupakan, setelah menjalani dua hal ini, kita mesti bersikap kesatria. Mengakui kesalahan. Ini adalah hal terpenting sebelum seseorang melakukan istighfar. Karena, dengan mengakui kesalahan, seseorang sejatinya menyadari apa yang diperbuatnya.

Seringkali kita mengucapkan istighfar, memohon ampun. Benarkah kita tengah memohon ampun? Ataukah hanya melakukan ritual seperti kebanyakan orang? Benarkah kita sudah menyadari kesalahan yang diperbuat? Ataukah hanya sekadar meminta maaf sebagai basa-basi? Sejauh apa seseorang menyadari kekeliruan, bisa dilihat dari tanggungjawabnya atas kesalahan tersebut.

Konsekuen. Jika seorang murid tidak mengerjakan PR, ia harus menerima hukuman berdiri di depan kelas. Seorang karyawan yang tak mengerjakan tugas tepat waktu, harus siap menerima potong gaji. Seorang pengusaha yang tak becus mengurus anak buahnya, harus siap jika didemonstrasi besar-besaran.

Seseorang yang menyakiti orang lain, harus bersiap disakiti hatinya sewaktu-waktu. Tidak boleh banyak mengeluh. Kesalahan adalah kesalahan. Tidak boleh berdalih ini dan itu. Tak berhak berkata, “Saya kan sudah begini dan begitu?”. Hadapilah kenyataan. Atasi masalah yang terjadi karena kesalahan, dan jangan berusaha melarikan diri.

Islam melatih umatnya untuk menjai orang yang bertanggungjawab. Tidak ada dosa turunan dalam agama kita. Seseorang menanggung apa yang diperbuatnya. Dengan bersikap kesatria, kita akan terbiasa tidak mencari kambing hitam. Kita akan benar-benar bisa melihat kenyataan; dan tidak hidup dalam kepalsuan.

Sekilas, betapa nyamannya seseorang yang menimpakan salah pada orang lain. Semisal, karyawan yang telat mengumpulkan laporan, menimpakan kesalahan pada bos yang tidak menoleransi waktu. Pengusaha yang perusahaannya bangkrut, menyalahkan pegawainya yang dianggap malas-malasan.

Padahal kenyamanan ini tidak kekal. Kenyamanan ini hanyalah kamuflase untuk menutupi aib sebenarnya. Kenyamanan yang disebabkan oleh pengalihan kesalahan, hanya akan membuat kita terlatih tak bertanggung jawab. Jika kejadian ini terus dilanjutkan, pasti akan tiba saatnya ketika semua orang berlari menghindar dari kita; dan ketika saat itu tiba, kita tengah berada dalam kehancuran yang nyata.
Previous
Next Post »