Dalam kata mutiara tentang istighfar ini, kita akan membedah alasan mengapa umat manusia harus beristighfar. Kala terlahir ke dunia, kita bagaikan kertas putih yang tak mengetahui apa yang terjadi di masa depan. Apakah pena yang menulis takdir kita, akan demikian lancar, sehingga tiada goresan cela di kertas ini? Ataukah, kadang kala pena tersebut terlalu berlebihan dalam menulis kata demi kata? Hingga, tiada cara lain kecuali menghapusnya.
Jika hal pertama yang terjadi, alangkah beruntungnya hidup ini. Segalanya sesuai keinginan dan tiada duka cita. Namun, pada satu sisi, bukankah keadaan serba lurus, tak mungkin terjadi di dunia? Manusia memang makhluk paling sempurna. Dalam kesempurnaannya itu, ia tetap merupakan sosok cacat. Karena, tiada yang sempurna kecuali Tuhan, pemilik ruh kita.
Maka, mustahil pula berharap, hidup mengalir lancar dari hulu ke hilir. Tiada hambatan. Tiada saat berhenti. Tiada saat berantakan. Dan tiada saat terluka. Sekali lagi, kita bisa memahami, hidup indah semacam ini tak mungkin terjadi. Sebaliknya, dalam hidup, yang ada justru luka. Bangkit dari sebuah luka, seseorang akan dihantam oleh luka lain. Yang muncul adalah kesalahan. Sehebat apa pun kita, khilaf pasti suatu saat menyergap. Sehati-hati apa pun dalam melangkah, kala takdir sudah berkata kita akan terpeleset, maka terjadilah saja.
Maka, tidak ada pilihan lain dalam hidup, kecuali menikmati nasib kertas yang kedua. Ada kalanya kita menulis berlebihan dalam kertas putih ini. Hingga, tidak ada jalan lain kecuali menghapus kata-kata yang tertumpah. Menulis berlebihan saja sudah merupakan kesalahan. Sudah meninggalkan luka.
Upaya menghapus kesalahan tersebut pun, juga menggoreskan perih lagi. Hingga, ada kalanya orang berkata, daripada menghapus kesalahan, lebih baik melanjutkan tulisan. Biarlah kesalahan itu, dosa itu, ditepikan begitu saja. Daripada masih merasakan sakit kala menghapusnya? Pikiran semacam ini jelas keliru. Karena, sudah menjadi tujuan awal bahwa, sebisa mungkin tulisan dalam kertas takdir, sepenuhnya benar.
Kalaupun salah, menghapus kesalahan tersebut, adalah tindakan untuk mendekati kesempurnaan tulisan. Dan, tidak ada cara menghapus kesalahan masa lalu kecuali dengan mengingatnya, lalu bertaubat. Mengucapkan istighfar di bibir dan hati. Sakit, tapi harus dilalui. Karena, dengan cara inilah kita membersihkan diri.
Bagian ini berlanjut dengan pembahasan mengapa manusia menjadi tempat kesalahan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon