Kumpulan Kata Mutiara Terbaik Jalaludin Rumi (Masnawi I, Bagian 2)

Kumpulan Kata Mutiara Terbaik Jalaludin Rumi (Masnawi I, Bagian 2)

Kumpulan kata mutiara terbaik Jalaludin Rumi terdapat dalam kitab agungnya, Masnawi, yang karena keindahan dan kedalaman maknanya sering disebut sebagai Qurannya Orang Persia.Masnawi atau Masnawi i Ma'nawi ini terdiri dari enam jilid kitab, yang terdiri dari 25.000 bait atau 50.000 baris.

Masnawi adalah kumpulan anekdot dan kisah-kisah puitik yang berasal dari Al-Quran, hadis, dan cerita rakyat yang terkenal di era kehidupan Jalaludin Rumi. Anekdot dan kisah-kisah itu diramu dan disusun sedemikian rupa untuk mengajarkan kekayaan dimensi spiritual yang dapat diambil hikmah oleh siapapun yang hendak merenungkan makna kehidupan.

Dalam hal ini, rangkaian kata mutiara Jalaludin Rumi pada Masnawi jilid I tersusun dari bagian mukadimah, 16 kisah penuh makna, dan penutup (khatimah). Kita dapat membacanya secara berurutan dalam tautan di bawah ini.

-----------------------------------
Mukadimah Masnawi I
Cerita I
Cerita II
Cerita III
Cerita IV
CeritaV
Cerita VI
Cerita VII
Cerita VIII
Cerita IX
Cerita X
Cerita XI
Cerita XII
Cerita XIII
Cerita XIV
Cerita XV
Cerita XVI
Penutup Masnawi I
------------------------------------

Berikut ini adalah Kisah 1 dalam Masnawi Jilid I karya Jalaluddin Rumi.

CERITA I
Pangeran dan Gadis

 Seorang pangeran, ketika tengah berburu , melihat gadis cantik. Sang pangeran terpikat padanya; membujuk sang gadis untuk menemaninya dengan janji berkeping emas. Akan tetapi, setelah sekian lama hidup bersama, sang gadis jatuh sakit. Pangeran pun mengundang para tabib handal ke istana. Meskipun para tabib selalu mengatakan "Insya Allah, kami akan menyembuhkannya," tindakan mereka tak berfaedah apa pun.
Melihat keadaan kekasihnya semakin parah, pangeran berdoa untuk kesembuhan sang gadis. Doa sang pangeran terkabul. Datanglah seorang tabib yang bagai dikirim dari surga. Tabib tersebut langsung mengutuk pandangan para tabib pendahulunya yang menyebut si gadis sakit ini dan sakit itu. Bahkan, sang tabib memberikan kesimpulan tepat untuk keadaan sang gadis; penyakit gadis itu disebabkan oleh cintanya pada seorang tukang emas di Samarkand. Sesuai saran sang tabib, pangeran datang ke Samarkand. Sang pangeran mengajak tukang emas tersebut ke istana untuk menikah dengan sang gadis yang dimabuk cinta.
Selama enam bulan, pasangan tukang emas dan gadis tersebut hidup penuh dengan kebahagiaan. Akan tetapi, pada akhir bulan keenam, tabib, dengan perintah ilahi, memberi tukang emas itu bubuk beracun yang menyebabkan kekuatan dan kegagahan sang tukang emas lenyap. Tentu saja gadis tersebut kehilangan selera; sang gadis kembali ke dalam pelukan sang pangeran yang telah menjadi raja.
Perintah Tuhan kepada tabib dalam kisah ini sama dengan perintah Allah kepada Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail . Demikian pula halnya dengan tindakan malaikat dalam pembunuhan pelayan Musa . Meskipun terkesan kejam dan tidak adil, perintah tersebut berada di luar nalar manusia.

Deskripsi Cinta

Cinta kekasih sejati dibuktikan dengan sakit hatinya;
Tiada sakit yang setara dengan perihnya hati

Derita para pecinta berbeda dari segala macam derita;
Cinta adalah astrolabe misteri Allah.

Seorang pecinta mungkin berminat pada cinta jenis ini atau cinta macam itu,
Tetapi, pada akhirnya ia ditikat pada Raja cinta.

Entah berapa banyak kita menggambarkan dan mengungkapkan cinta,
Ketika kita jatuh cinta; kita akan malu pada kata-kata itu.

Penjelasan dengan lidah biasanya membuat segala sesuatu lebih jelas;
Tapi, cinta yang tak terungkap bahkan lebih jelas daripada penjelasan tersebut.

Pena bisa saja tergesa menulis segala macam benda;
Akan tetapi, ketika mencapai titik pusat cinta; pena itu terbelah menjadi dua

Ketika pembicaraan menyentuh cinta,
Pena rusak dan kertas robek.

Ketika diminta menjelaskan hal tersebut; Akal berpusing hebat; bagai keledai terjebak dalam lumpur;
Tiada apa pun yang mampu mengungkap cinta dan pecinta selain Cinta!

Tiada apa pun yang mampu menampakkan matari selain matari.
Jika kau ingin melihatnya ditampakkan, jangan beranjak darinya.

Bebayang memang dapat menunjukkan keberadaan matahari,
Tapi, hanya matahari yang menampilkan cahaya kehidupan.

Bebayang memancing tidur; seperti halnya obrolan sore
Tetapi, ketika matahari muncul, "bulan pun terbelah."

Di dunia ini, tiada yang semenakjubkan matahari,
Namun, Matahari jiwa takkan tenggelam dan tak punya hari kemarin

Meskipun matahari di dunia tunggal semata;
Kita dapat mengandung matahari serupa

Namun, Matahari jiwa, menyeberang batas cakrawala ini,
Tiada yang persis sama dengannya dalam bentuk konkret atau abstrak

Di mana ada ruang ‘tuk menampung Dzat-Nya,
sehingga perumpamaan tentang-Nya dapat terkandung?

Syamsudin  dari Tabriz memaksa Jalaluddin
untuk menyusun Masnawi

Syams dari Tabriz adalah cahaya sempurna,
Matahari, ya, salah satu cahaya Allah!

Ketika pujian terdengar dari "Syams dari Tabriz,"
Matahari langit keempat menundukkan kepala.

Sekarang kusebutkan namanya, benar demikian
‘Tuk menampakkan beberapa jengkal kemuliaannya

Ruh berharga itu menggenggam jubahku;
Mencium parfum pakaian Yusuf;

Dan berkata, "Demi persahabatan kuno kami,
Beritahu sedikit saja tentang kecap manisnya hal ketika ekstase.

Bumi dan langit bersukacita,
Bahkan, Akal dan Ruh, seratus kali lipat lebih bahagia

Aku berkata, "Wahai, kau yang jauh dari Sahabat;
Seperti si sakit yang kehilangan tabibnya

Jangan paksa dirikul
Pemahamanku lenyap; tak bisa kunyanyikan pujian

Apa pun yang dikatakan seseorang yang hilang akal
Jangan biarkan dia membual; usahanya percuma

Apa pun yang dikatakannya tak pernah merujuk tepat
Jelas-jelas tak sempurna dan penuh tanda tanya

Apa yang bisa kukatakan kala tak satu pun urat berfungsi
Dapatkah kujelaskan Sahabat kepada seseorang yang bukan sahabat-Nya?

Sesungguhnya nyanyian pujianku kepada-Nya sama sekali tak terpuji
Karena nyanyian tersebut menandakan bahwa aku ada; sedang keberadaan adalah kecatatan.

Dapatkah kujelaskan perpisahanku dari-Nya; dan jantungku yang berdarah-darah?
Tidak, tunda pembicaraan ini hingga musim berikutnya.

Dia berkata, "Berikanlah makanan untukku, karena aku kelaparan.”
Di waktu yang sama ia juga berkata “adalah pedang tajam."

O kawan, Sufi adalah ‘putra waktu tunggal’
Bukan haknya untuk berkata, “esok hari”

Mungkinkah engkau bukan sufi sejati?
Uang di depan mata; hilang dengan memberikan piutang

Aku berkata, "Jalan terbaik adalah menutup rahasia Sahabat
Jadi, berikanlah perhatian penuh pada amanat kisah ini.

Apa pun yang lebih baik daripada rahasia Sahabat
Harus disebarluarkan dalam pembicaraan orang asing.

Dia berkata, "Tanpa selubung, penyamar, apa lagi penipuan
biacaralah; jangan sakiti hatiku wahai manusia penuh kata!

Lepaskan diri dari selubung, dan bicaralah! Bukankah aku
berada dalam selimut yang sama seperti Sang Kekasih? "

Aku berkata, "Jika Kekasih terungkap dalam pandangan mata orang biasa
Kau takkan bisa bertahan; tak mampu memeluknya; ‘kan tak berbentuk.

Tekan jubahmu dengan sederhana;
Sebuah pisau rumput tidak bisa memotong gunung

Jika matahari yang menerangi dunia
Ditarik lebih dekat lagi; seluruh bumi akan tertelan habis

Tutup mulutmu dan pejamkan mata  atas hal ini;
Dengan demikian, hidup duniawi takkan mencipta jantung berdarah-darah

Tiada lagi kucari mara bahaya atau pertumpahan darah
Selanjutnya kupaksa Syams dari Tabriz untuk diam

Ia berkata, “kalimatmu tak berbatas. Kini ungkapkanlah lebih jauh
Segala macam kisah sejak permulaan.”
Previous
Next Post »