Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 3: Mutlaknya Takdir

 Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 3: Mutlaknya Takdir

Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian ketiga, tertulis 'Kekuatan semangat (cita-cita, harapan) tidak akan mampu menghancurkan benteng takdir'. Kata mutiara ini mengisyaratkan betapa adanya batas yang jelas antara takdir dan usaha manusia. Sekeras apapun manusia berusaha, tidak ada gunanya jika takdir sudah berbicara. Sebaliknya, selemah apapun orang tersebut, jika sudah takdirnya, maka jalan untukny aakan terbuka.


MUTLAKNYA TAKDIR  
Kekuatan semangat (cita-cita, harapan) tidak akan mampu menghancurkan benteng takdir

Seseorang mungkin telah merencanakan segala sesuatu dalam hidupnya. Usia 25 tahun, sudah menikah. Usia 30 tahun, memiliki sepasang anak. Usia 40 tahun, sukses mengelola kerajaan bisnis. Lalu, usia 50 tahun, berhaji. Rencana yang rinci memang berguna untuk membuat kita lebih fokus. Setidaknya, kita akan memilih bersetia dengan garis besar rencana daripada harus menambah rencana-rencana baru di tengah perjalanan hidup. Namun, kita harus menyadari bahwa takdir Allah berbeda dengan rencana kita.

Tidak akan ada rencana yang 100% mulus di dunia ini. Pasti ada saatnya kita patah, dan hal buruk mengganggu target semula. Logikanya, dengan gaji yang didapatkan saat ini, 2 tahun lagi kita sudah bisa membeli rumah. Di tengah jalan, ada saudara yang membutuhkan bantuan karena terlilit utang begitu besar.
Habislah tabungan kita demi membantunya.

Logikanya, dengan belajar dengan tekun, setiap hari membaca literatur di perpustakaan, berdiskusi dengan banyak dosen dan peneliti, skripsi atau tesis kita akan memperoleh nilai maksimal. Namun, kesalahan menggunakan teori, bisa membuat karya tulis tersebut hancur.

Siapa yang bisa disalahkan dalam hal ini? Ketidakmampuan kita dalam menangani keadaan atau faktor lain?
Barangkali, ketika ditimpa kegagalan, kita akan mengeluh dan menyalahkan Tuhan yang memberi ujian yang seolah terlalu berat dipikul. Mungkin pula, kita akan penasaran dan mencari-cari di manakah hikmah tersembunyi di balik kegagalan tersebut.

Mulai sekarang, berhentilah untuk bersikap seperti di atas. Untuk apa mempertanyakan ujian Allah. Sekeras apa pun teriakan kita, takdir tidak akan berubah dengan sendirinya. Untuk apa mencari hikmah terus-menerus yang hanya melelahkan diri? Mencari hikmah seolah merupakan upaya kita mencari pembenaran atas tindakan yang sudah terlanjur diperbuat.

Bersikap diam jauh lebih baik. Sadarilah bahwa selama ini kita lebih sering terlarut dalam imajinasi berlebihan. Belum apa-apa, sudah menargetkan ini dan itu. Masih terlalu dini, kita sudah berani menjamin akan mendapatkan keadaan yang lebih baik. Buatlah rencana ala kadarnya.

Jalani hidup seperti air mengalir. Kita memang layak berusaha. Namun, bukan berarti kita layak menuntut hasil usaha kita secepat mungkin. Biarlah hasil tersebut menjadi rahasia Allah. Susah dan senang dalam menunggu hasil itu, anggap saja sebagai bumbu hidup di dunia yang serba palsu ini.
Previous
Next Post »