Kata Mutiara Tentang Rasulullah: Cara Mendidik Anak, Mengajarkan Agama Sejak Dini

Kata Mutiara Tentang Rasulullah: Cara Mendidik Anak, Mengajarkan Agama Sejak Dini

Dalam seri kata mutiara tentang Rasulullah ini, kita akan membahas kisah-kisah kelembutan Nabi kepada anak kecil. Kisah-kisah ini juga dapat dibaca dalam buku Selembut Hati Rasulullah karya Fitra Firdaus Aden (penerbit Citra Risalah, cetakan 2014).  

******
Mengajarkan Agama Sejak Dini 

Sahabat, ada yang sering keliru dipahami oleh sebagian besar di antara kita. Karena terlalu sayang kepada anak kecil, kita enggan untuk bersikap tegas kepadanya. Padahal, tegas sendiri merupakan bentuk lain kelembutan. Seorang anak tidak mungkin hanya disuapi dengan pemberian-pemberian dan kemanjaan. Karakter disiplinnya juga harus dibentuk sejak kecil. Dan, justru inilah yang menunjukkan bahwa kita menyayangi mereka. Dengan tidak bersikap tegas, berarti kita sama saja menghancurkan masa depannya; mendidiknya sebagai anak yang senantiasa menengadahkan tangan; berharap pada pemberian orang lain, dan tak bisa berdiri sendiri.

Tentunya, sikap tegas ini tak berarti diterapkan setiap waktu. Melainkan, pada momen-momen tertentu untuk melatih kemandirian. Semisal, ketika seseorang mendapati ada anak yang belum salat lima waktu. Padahal, usianya sudah mencapai 10 tahun. Wajib hukumnya bagi siapa pun, tidak harus orang tua, untuk memperingatkan sang bocah. Rasulullah saw, sendiri mengajarkan, anak sudah harus dilatih salat. Sabdanya, "Ajarilah anak-anakmu halat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila tidak melaksanakan salat pada usia sepuluh tahun.” (H.R. Tirmidzi)

Dikhawatirkan, bila seorang anak tidak terbiasa salat sejak usia tersebut, ia akan semakin malas seiring bertambahnya usia. Mudah saja kita temui, seseorang yang salat tepat waktu saat kecil, kemudian suka menunda-nunda salatnya kala dewasa. Apalagi jika kala masih bocah ia sudah membiasakan diri mengejrjakan salat secara 'bolong-bolong'. Bukan tidak mungkin kala sudah dewasa, ia bahkan sudah sepenuhnya lupa salat; dan tidak bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya.

Seorang anak tidak hanya perlu dididik urusan salat, tetapi juga agama. Bukan hanya orang tua yang berkewajiban untuk menyampaikan petuah-petuah berguna, tetapi juga seluruh umat. Pada akhirnya, di pundak generasi mudalah Islam akan dipanggul. Lagipula, saling nasehat-menasehati antar sesama muslim dalam kebaikan adalah perbuatan terpuji.

Rasulullah saw. sendiri pernah memberikan wejangan khusus kepada Ibnu Abbas ketika ia masih berusia 13 tahun. Ketika Ibnu Abbas tengah membonceng Nabi mengendarai unta, Rasul memberinya nasehat yang sangat panjang, "Jagalah Allah, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, kamu akan menjumpai Nya ada di hadapanmu."

"Kenalilah Dia dalam keadaan lapang, Dia akan mengenalimu di waktu sempit. Jika kamu hendak meminta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Pena telah kering atas semua yang ada, maka jika seluruh makhluk ingin memberimu manfaat  dengan sesuatu yang tidak ada dalam takdir Allah, mereka takkan sanggup melakukannya. Dan jika mereka ingin membahayakan dirimu dengan sesuatu yang tidak ada dalam takdir Allah padamu, mereka tidak akan sanggup melakukannya."

"Ketahuilah, sesungguhnya dalam kesabaran terhadap hal yang tidak kamu sukai ada banyak sekali kebaikan. Sesungguhnya kemenangan datang bersama dengan kesabaran. Sesungguhnya pemecahan masalah datang bersama dengan kesulitan. Dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (H.R. Ahmad)

Nabi memberikan butir-butir penting dalam kehidupan, dengan bahasa yang ringan, dan sesuai dengan pemahaman remaja seperti Ibnu Abbas. Butir-butir petuah itu bila dijabarkan, akan dirumuskan sebagai berikut.

1.    Teruslah menjaga Allah; dalam hal ini, senantiasa berusaha untuk membuat hati senantiasa dekat dengan-Nya.

2.    Teruslah mencintai Allah dalam keadaan apa pun, termasuk ketika kita tengah diberi kemudahan dan kebahagiaan. Dengan demikian, kala berada dalam kesusahan, Allah tidak akan segan menampilkan cinta-Nya kepada kita yang selalu mencintai-Nya.

3.    Meminta sesuatu hendaknya hanya kepada Allah semata. Sehebat apa pun pertolongan makhluk, selama pertolongan itu tidak mendapatkan izin dari Allah, maka akan sia-sia. Sebaliknya, sehebat apa pun perbuatan jahat makhluk terhadap kita, selama tindakan itu tidak diperkenankan Allah, kita akan senantiasa aman dalam lindungan-Nya.

4.    Hendaklah bersabar atas segala sesuatu yang menimpa. Dengan sabar, pikiran akan selalu jernih. Kita bisa menilai, di balik sebuah kejadian yang tidak menyenangkan, senantiasa ada hikmah-hikmah tersembunyi dari Allah untuk mendewasakan kita. Hal-hal buruk yang terjadi, lebih mampu membuat kita berkembang, daripada jika kita hanya memperoleh kebaikan semata.

5.    Orang yang sabar, akan meraih kemenangan di ujung cerita. Ia tidak terburu-buru bertindak, dan tidak terburu-buru pula lari dari kenyataan. Ia memilih untuk bertarung melawan kesulitan; dan akan memperoleh ganjaran atas kemauannya berlelah-lelah menghadapi nasib.

6.    Sejatinya, tidak ada yang sulit dalam hidup. Sesuatu yang sulit, pasti senantiasa mampu dipecahkan. Orang yang berani merasakan kesulitan pada hari ini, akan mendapatkan kemudahan di hari depan, dan sebaliknya. Yang harus dilakukan seseorang adalah tidak berhenti berjuang.

Sahabat, yang disampaikan Rasulullah kepada Ibnu Abbas memang kesannya berat. Namun, beliau menuturkannya tidak hanya dengan bahasa yang mudah dicerna, tetapi juga dalam momen yang tepat, yaitu ketika keduanya tengah bepergian.

Sudah sewajarnya, sambil menikmati pemandangan, anak-anak senantiasa mencari saat-saat penuh kenangan dalam perjalanan. Maka, ketika ia diberi nasehat pada saat demikian, ia akan mudah mengingat pesan-pesan yang demikian.

Semisal, ketika kita memberitahu anak pentingnya menabung saat kereta melintasi bukit, kemudian berkata, "nanti tabungannya akan sebesar bukit itu." Tentulah, kesan yang didapatkan anak lebih maksimal, daripada kala kita menyampaikan hal tersebut di rumah atau di sekolah.

Memberikan pengertian kepada anak kecil, memang gampang-gampang susah. Ada kalanya kita susah menjelaskan kepadanya prinsip-prinsip agama, karena kosakata dan pemahaman mereka yang masih terbatas. Namun, selama hal ini dilakukan demi menyongsong generasi baru umat Islam yang lebih baik, apalah salahnya? Justru inilah bukti ketulusan kita terhadap anak kecil. Karena, Nabi juga menegaskan pentingnya belajar sejak usia dini, “tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga liang lahat.”

Kisah-kisah kelembutan hati Nabi Muhammad saw. kepada anak kecil dapat dibaca di bagian-bagian di bawah ini.

Bagian Pertama: Mengajarkan Kepekaan dan Menjauhkan Kezaliman
Bagian Kedua: Mengajarkan Agama Sejak Dini
Bagian Ketiga: Menghindari Kekerasan dalam Menasehati

Previous
Next Post »